Laporan Pendahuluan
ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK
DENGAN TUBERKULOSIS
PARU
PENGERTIAN
Pangertian
Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik
terbentuknya tuberkel granuloma pada paru. Yang biasanya disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis (Amin,
M.,1999).
Faktor Resiko
Ü Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran
dari Asia Tenggara.
Ü Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang
menimbulkan penurunan status kesehatan.
Ü Bayi dan anak di bawah 5 tahun.
Ü Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid
& kemoterapi kanker.
Tuberkolosis
yang terjadi pada paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi
dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat penyebaran
limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel.
PATOGENESIS
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
Tanpa infeksi
Inflamasi disebar oleh limfe
Fibrosis Timbul jar. Ikat sifat
Elastik & tebal.
Kalsifikasi
- Batuk Alaveolus tidak
- Spuntum purulen
Exudasi kembali saat
- Hemoptisis ekspirasi
- BB menurun Nekrosis/perkejuan
Gas tidak dapat
Kavitasi berdifusi dgn. Baik.
Sesak
|
|
|
|
||||||||||||
|
|||||||||||||
|
|
5%
Kuman
Infeksi primer
Sembuh total Sembuh dgn. Sarang Komplikasi
ghon - Menyebar ke seluruh
tubuh scr. Bronkhogen,
limphogen,
hematogen
Infeksi post primer Kuman dormant
Muncul bertahun kemudian
Diresorpsi
kembali/sembuh Membentuk jar.
keju Sarang meluas
Jika dibatukkan sembuh dgn.
membentuk kavitas. Jar. Fibrotik
.
Kavitas
meluas Memadat &
membungkus diri Bersih & menyembuh
Membentuk
sarang
tuberkuloma
Patofisiological pathway
TBC
Virus/Bakteri masuk Jaringan Otak
Peradangan Di Otak
Edema Pembentukan
Transudat
& Eksudat
Gangguan Perfusi Reaksi Kuman Iritasi Korteks Kerusakan Kerusakan
Jaringan Cerebral Patogen Cerebral
Area Saraf IV Saraf IX
Fokal
Seizure
Suhu
Tubuh Resiko Trauma Sulit Sulit
Nyeri Mengunyah Makan
Deficit Cairan Gangguan Pemenuhan
Nutrisi
Kesadaran Hipovolemik
Stasis Cairan Tubuh Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan
Persepsi Sensori
Penumpukan Sekret
Gangguan Bersihan Jalan Nafas
LESI
PADA TBC PARU
Kelenjar
limfe : hilus, parantrakeal, mediatinum
Parenkhim
: fokos primer, pnemonia, atelaktis, terkuloma, kavitas
Saluran
pernafasan : air traping” penyakit endobronkhial , trakeobronkhial, stenosis,
bronkhus, fistula bronkhopleura, bronkhopl, bronkhoektasis, fistula
bronkhoesofagus.
Pleura
: efusi, emfisema, pneumothorak, hemothorak, fistula bronkhop;eura
Pembuluh
darah : milier, perdarahan paru.
Bentuk
klinis TBC Pada Anak
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
1. Identitas
klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
2. Keluhan:
penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat
penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan
sub mandibula.
4. Riwayat
penyakit dahulu:
* Pernah sakit
batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi
pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
*
Pernah berobat tapi tidak sembuh?
*
Pernah berobat tapi tidak teratur?
*
Riwayat kontak dengan penderita TBC.
*
Daya tahan yang menurun.
*
Riwayat imunisasi/vaksinasi.
*
Riwayat pengobatan.
5. * Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
*
Riwayat keluarga.
*
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang
sama.
*
Aspek psikososial.
*
Merasa dikucilkan.
*
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
*
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
*
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.
*
Tidak bersemangat dan putus harapan.
Lingkungan:
*
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman
yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
6. Pola
fungsi kesehatan.
1) Pola
persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.
2) Pola
nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor
kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit
menelan, turgor kulit jelek.
3) Pola
eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan
pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas
dan splenomegali.
4) Pola
aktifitas – latihan
Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat
timbul sesak nafas (nafas pendek).
5) Pola
tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
6) Pola
kognitif – perseptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri
tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
7) Pola
persepsi diri
Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
8) Pola
peran – hubungan
Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain
(ibu/ayah)/tidak mandiri.
9) Pola
seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
10) Pola koping – toleransi stres
Menarik diri, pasif.
PEMERIKSAAN
FISIK
1. ¨ Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC)
hilang timbul.
¨
Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus;
batuk ini membuang/ mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan
sputum).
¨
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana
infiltrasi radang sampai setengah paru.
¨
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura.
¨
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
¨
Pada tahap dini sulit diketahui.
¨
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
¨
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup
dan pada auskultasi memberi suara limforik.
¨
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut
dan fibrosis.
¨
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
2. Pembesaran
kelenjar biasanya multipel.
3. Benjolan/pembesaran
kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula.
4. Kadang
terjadi abses.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN
1. Uji
tuberkulin
Infeksi TB ® imunitas seluler ® hipersensitifitas tipe lambat ® uji tuberkulin +.
2. Foto
rontgent
Rutin: foto pada Rö paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3. Gambaran
klinis:
¨
Tanpa gejala.
¨
Gejala umum/tidak spesifik.
-
Demam lama.
-
BB turun/tidak naik.
-
Malnutrisi.
-
Malaise.
-
Batuk lama.
-
Diare berlanjut/berulang.
¨
Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.
Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
4. Pemeriksaan
mikrobiologis
- Bakteriologis
Memastikan
TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan
diagnosa TB.
Hasil +: 10 – 62% dengan cara lama.
Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
5. Pemeriksaan
darah tepi
Tidak khas.
LED dapat meninggi.
6. Pemeriksaan
patologik anatomik
Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
7. Sumber
infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria
diagnosa.
8. Lain-lain
-
Uji faal paru.
-
Bronkoskopi.
-
Bronkografi.
-
Serologi.
-
dll.
PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN
Penatalaksanaan
Ø Penyuluhan
Ø Pencegahan
Ø Pemberian
obat-obatan
- OAT ( oabat anti tuberkulosa
)
- Bronchodilator
- Expectoran
- OBH
- Vitamin
- Antibiotik
Ø Operasi
untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.
TAHAP
TUMBUH KEMBANG ANAK
À
Menurut Soetjiningsih:
Masa pra sekolah usia 1-6 tahun.
À
Menurut Donna L. Wong:
Masa anak-anak awal 1-6 tahun.
Pra sekolah: 3-6 tahun.
Tahap
pertumbuhan cepat:
Pertumbuhan
cepat pada masa pra-adolesen. Terdapat
pertumbuhan fisik/jasmani yang sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat
besar, BB naik dengan pesat serta panjang badan (PB) juga bertambah dengan
cepat, anak makan dengan banyak serta aktifitas bertambah. Pertumbuhan tampaknya mengikuti satu irama
tertentu dan berlangsung secara bergantian.
Tahap
pertumbuhan otak
¨
Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986).
Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Suatu proses pertambahan pematangan fungsi struktur
tubuh serta kejiwaan yang menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan
kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa.
¨
Fase oedipal/falik (3-5 tahun)
-
Mulai melakukan rangsangan autoerotik.
-
Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.
-
Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis.
Oedipus komplek: anak lelaki dekat ibunya karena perasaan
cinta/tertarik.
Elektra komplek :
anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/ tertarik.
¨
Fase laten (5 – 12 tahun)
-
Masuk ke permulaan fase pubertas.
-
Periode terintegrasi.
-
Fase tenang.
-
Dorong libido mereda sementara.
-
Erotik zona berkurang.
-
Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya).
Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek
psikososial menurut Erik Erickson:
Dibagi 8 tahap perkembangan mulai dari lahir sampai
usia tua:
-
Tahap ke-3; krisis perkembangan : initiative vs guilt
(inisiatif vs perasaan bersalah; nama tahap: pre school/usia pra sekolah.
-
4 – 6 tahun:
Kepercayaan yang diperoleh anak tidak diartikan bahwa
ia diperbolehkan memiliki inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman
baru secara aktif seperti bagaimana dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak
dapat memperluas aktifitasnya, jika anak dilarang dan diomeli/dicela untuk
usaha itu yang mencari pengalaman baru, anak akan merasa bersalah dan menjadi
anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang, keterampilan
motorik dan bahasanya.
DIAGNOSA
PERAWATAN
1. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Ø Berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis
Ø Kerusakan
membran alveolar kapiler
Ø Sekret
yang kental
Ø Edema
bronchial
2. Resiko
infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Ø Daya
tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap
Ø Kerusakan
jaringan akibat infeksi yang menyebar
Ø Malnutrisi
Ø Terkontaminasi
oleh lingkungan
Ø Kurang
pengetahuan tentang infeksi kuman
3. Kurangnya
pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, berhubungan
dengan :
Ø Tidak
ada yang menerangkan
Ø Interpretasi
yang salah, tidak akurat
Ø Informasi
yang didapat tidak lengkap
Ø Terbatasnya
pengetahuan / kognitif
4. Perubahan
kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Ø Kelelahan
Ø Batuk
yang sering, adanya produksi sputum
Ø Dyspnoe
Ø Anoreksia
Ø Penurunan
kemampuan finansial (keluarga).
INTERVENSI
KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Dx.
I.
Independen
1. Kaji
dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi,
keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat
menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari
bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion dan
meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
2. Evaluasi
perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit,
selaput mukosa dan warna kuku.
Akumulasi
sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
3. Demontrasikan/anjurkan
untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan, terutama pada klien dengan
fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya
resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas dan mengurangi residu dari paru-paru
4. Anjurkan
untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Mengurangi
konsumsi oksigen pada periode respirasi
Kolaborasi
5. Monitor
BGA
Menurunnya oksigen
( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2 menunjukkan perlunya penanganan yang
lebih adekuat atau perubahan therapi.
6. Memberikan
oksigen tambahan
Membantu mengoreksi
hipoksemia yang secara sekunder mengurangi ventilasi dan menurunnya tegangan
paru.
Dx. II.
Independen
1. Review
patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui bronkhus
pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan
potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
Membantu klien
agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang diberikan untuk
mencegah komplikasi.
2. Mengidentifikasi
orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti anggota keluarga,
teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan
kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan terapi pencegahan.
3. Anjurkan
klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan
ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
4. Gunakan
masker setap melakukan tindakan
Untuk
mengurangi resiko penyebaran infeksi
5. Monitor
temperatur
Febris
merupakan indikasi terjadinya infeksi.
6. Ditekankan
untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode
menular dapat terjadi hanya 2 – 3 hari setelah permulaan kemoterapi tetapi
dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai tiga
bulan.
Kolaborasi
7. Pemberian
terapi untuk anak
a. INH,
Etambutol, Rifampisin
INH adalah
obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya.
Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan etambutol untuk
2 bulan pertama.
b. Pyrazinamid
( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine, Streptomysin
Obat-obat
sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
c. Monitor
sputum BTA
Klien dengan 3
kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas waktu yang
ditentukan.
Dx.
III.
Independen
1
Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat
kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan yang
memungkinkan klien untuk belajar, seberapa banyak yang telah diketahui, media
yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan
belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan
tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.
2
Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan
pada dokter misalnya : hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas,
kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan
perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang membutuhkan
evaluasi secepatnya.
3
Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake
cairan yang adekuat.
Mencukupi
kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang memadai membantu
mengencerkan dahak.
4
Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan
untuk klien dan keluarga misalnya : jadwal minum obat.
Informasi
tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah diberikan.
Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.
5
Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang
diharapkan dan perlunya therapi dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan
mengenai potensial interaksi antara obat yang diminum dengan obat / subtansi
lain.
Meningkatkan
partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan mencegah
terjadinya putus obat.
6
Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang
mungkin timbul, misalnya : mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan,
sakit kepala, peningkatan tekanan darah.
Dapat mencegah
keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan klien untuk menjalani
terapi.
7
Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani
therpi etambutol.
Efek samping
utama etambutol adalah menurunkan
ketajaman penglihatan dan juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan
warna hijau.
8
Memberikan dorongan pada klien dan keluarga untuk
mengungkapkan kecemasan/keprihatinannya
serta memberikan jawaban yang jujur atas pertayaannya. Jangan berusaha
menyangkal pernyataanya.
Memberikan
kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan meredakan kecemasannya.
Penyangkalan terhadap perasaannya akan memperburuk mekanisme koping yang
merugikan kesehatannya.
9
Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya
melalui inhalasi udara yang mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui
urine jika infeksinya mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan
yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali. Komplikasi yang
berhubungan dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB meliputi : formasi abses,
empisema, pneumothorak, fibrosis, efusi pleura, empyema, bronkhiektasis,
hemoptisis, ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring, dan penularan kuman.
Dx.
IV.
Independen
Kaji
dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1. Catat
turgor kulit
2. Timbang
berat badan
3. Integritas
mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising usus, riwayat
nausea, vomiting atau diare.
Digunakan
untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
4
Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu
intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
5
Meonitor intake dan output secara periodik.
Mengukur
keefektifan nutrisi dan cairan.
6
Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan
jika ada hubungannya dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi
BAB.
Dapat
menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan
intake nutrisi.
7
Anjurkan bedrest
Membantu
menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.
8
Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi
respirasi
Mengurangi
rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan untuk pengobatan
yang dapat merangsang vomiting.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC.
Jakarta.
Doengoes, ME. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
IDAI dan PP IDAI UKK
Pulmonologi. 2000. Tatalaksana Mutakhir Penyakit Respiratorik
Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi Anak-Anak. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu
Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15.
EGC. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan
Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Soeparman. 1999. Ilmu
Penyakit Dalam; Jilid I. FKUI. Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu
Keperawatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.
Jakarta.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Bidang Studi :
Ilmu Keperawatan Anak
Topik : Pengobatan
TB pada anak
Sub Topik :
Anjuran pemberian pengobatan secara intensif & tuntas serta benar
Sasaran :
Keluarga (ibu & ayah), klien
Tempat :
Hari/Tanggal :
Waktu :
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir proses penyuluhan, ibu dan
keluarga dapat mengetahui pengobatan TB yang harus diberikan kepada anaknya
selama sakit.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat:
1. Menyebutkan
tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Menyebutkan
prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Menyebutkan
alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Menyebutkan
obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Menyebutkan
lama pemberian obat TB pada anak.
6. Menyebutkan
efek samping obat TB pada anak.
III. SASARAN
Ibu dan keluarga serta klien, An. M.F yang dirawat di
Ruang anak
IV. MATERI
1. Tujuan
pengobatan TB secara umum.
2. Prinsip
pengobatan TB pada anak.
3. Alternatif
pengobatan TB pada anak.
4. Obat
anti tuberkulosis (OAT) .
5. Lama
pemberian obat TB pada anak.
6. Efek
samping obat TB pada anak.
V. METODE
-
Ceramah
-
Tanya jawab
VI. MEDIA:
-
Leaflet/brosur.
VII.
KRITERIA EVALUASI
Kriteria
proses:
1. Ibu dan
keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2. Ibu dan
keluarga konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
3. Ibu dan
keluarga mengaju kan pertanyaan & menjawab pertanyaan secara benar.
Kriteria hasil:
1. Ibu
mengetahui tentang tujuan pengobatan TB pada anak.
2. Ibu
mengetahui tentang:
1)
Tujuan pengobatan TB secara umum.
2)
Prinsip pengobatan TB pada anak.
3)
Alternatif pengobatan TB pada anak.
4)
Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5)
Lama pemberian obat TB pada anak.
6)
Efek samping obat TB pada anak.
VIII.
KEGIATAN PENYULUHAN
No
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluh
|
Kegiatan Peserta
|
1.
|
3 menit
|
1.
Memperkenalkan diri & pembimbing
2.
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
3.
Melakukan kontrak wak-tu
4.
Menyebutkan materi yang akan diberikan
|
-
Mendengarkan.
-
Mendengarkan.
-
Memperhatikan.
-
Memperhatikan.
|
2.
|
15 menit
|
Pelaksanaan:
-
Menjelaskan tentang tujuan pengobatan TB secara
umum.
-
Menjelaskan tentang prinsip pengobatan TB pada anak.
-
Menjelaskan tentang alternatif pengobatan TB pada
anak.
-
Menjelaskan tentang obat anti tuberkulosis (OAT) .
-
Menjelaskan tentang lama pemberian obat TB pada
anak.
-
Menjelaskan tentang efek samping obat TB pada anak.
|
-
Mendengarkan & memperhatikan.
-
Bertanya & menjawab pertanyaan yang diajukan.
|
3.
|
5 menit
|
Evaluasi:
-
Menanyakan kepada ibu/ keluarga tentang materi yang telah diberikan &
reinforcement kepada ibu/ keluarga bila dapat menjawab/menjelaskan kembali.
|
- Menjawab
pertanyaan
|
4.
|
2 menit
|
Terminasi:
-
Mengucapkan terima ka-sih kepada ibu & keluarga.
-
Bersalaman dengan ibu & keluarga.
|
-
Mendengarkan & bersalaman
|
IX.
PENGORGANISASIAN
Pembicara :
Subhan
Pembimbing : - Ibu
M. E. Sumiati
-
Ibu Indriatie, Skp
Materi Penyuluhan:
PENGOBATAN TB PADA ANAK
A. Tujuan
Pengobatan TB
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian,
mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan
memutus mata rantai penularan.
B. Prinsip
Pengobatan TB
1. Permulaan
intensif.
Kemungkinan komplikasi TB pada anak sangat luas, maka
lebih baik terlalu cepat mengobati daripada terlambat mengobati. Setelah diperiksa dengan teliti dan selengkap
mungkin serta dicurigai kemungkinan besar TB, maka langsung diobati. Bila 2 bulan terlihat perbaikan nyata maka
diagnosis TB lebih pasti pengobatan di
teruskan. Tapi apabila dalam 2 bulan
tidak ada perbaikan nyata, mungkin bukan TB atau ada resistensi terhadap
obat. Perlu diperiksa lebih lanjut dan
lebih teliti.
2. Kombinasi
3 atau lebih obat anti TB.
§
Obat Anti Tuberculosis (OAT):
1)
Isoniazid (INH)
2)
Rifampisin
3)
Pirazinamid
4)
Streptomisin
5)
Etambutol
6)
Lain-lain: Ethionamid, Kanamycin, Cycloserine,
Ciplofloxacin.
§
Obat-obat paling efektif:
-
Kavitas, extra sel:
INH, Rifampicin, Streptomycin.
-
Massa keju:
Rifampicin, INH.
-
Dalam makrofag (intra sel): PZA, Rifampicin, INH.
§
Diberikan: 1
bulan; 2 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 1 tahun.
3. Teratur
dan lama.
Diberikan dalam waktu yang lama dan harus diminum
secara teratur, jangan sampai putus ( patuh minum obat). Perlu diawasi oleh petugas kesehatan, orang
yang disegani atau guru sekolah.
4. Pemberian
gizi yang baik.
Umumnya klien dengna TB berat
badannya turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1
bulan dengan penanganan gizi, nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal
tumbuh, jadi klien perlu penanganan gizi secara baik dan benar untuk menunjang
program pengobatan.
5. Pengobatan
dan pencegahan penyakit lain.
Selain pengobatan TB, pada
paru juga diperlukan pengobatan dan pencegahan terhadap komplikasi TB diluar
paru, sesuai gejala yang muncul seperti:
-
TB pada kulit/skrofuloderm.
-
TB tulang dan sendi.
-
TB otak dan saraf.
-
TB pada mata.
-
TB pada organ-organ lain
C. Alternatif
Pengobatan TB Paru Pada Anak
1. Pengobatan jangka panjang (Long-Term
Regimen): kombinasi obat murah, memakan
waktu 18 – 24 bulan.
2. Pengobatan
jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat mahal, waktu 6 – 9 bulan.
D. Obat
Anti Tuberculosis Pada Anak
1.
Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 300
mg/hari.
2. Rifampisin/Rmp
(suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum makan. Maksimal 600 mg/hari.
3. Pirazinamid/PZA
(tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
4. Streptomisin
(Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
5. Etambutol
(tablet/puyer): diminum 1x/hari.
Maksimal 2,5 gram/hari saat perut kosong/sebelum makan.
6. Lain-lain:
Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH,
PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu suspensi karena mengganggu daya
kerja/khasiat Rifampisin.
E. Lama
Pemberian Obat Pada Anak
Macam Obat
|
Frekuensi Pemberian
|
Lama
|
INH
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
6
bulan
|
INH
Rmp
Strep
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
6
bulan
Strep
2 bulan
|
INH
Rmp
Strep
PZA
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
9
bulan (Strep & PZA 2 bulan)
|
INH
Rmp TB tulang
Strep belakang
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
6-9
bulan (Strep 2 bulan)
|
INH
Rmp Meningitis TB
Strep dosis berbeda
PZA
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
12
bulan (Strep & PZA 2 bulan)
|
F. Efek
Samping Obat Pada Anak
INH :
À Radang syaraf tepi
À
Racun Pada hati
À
Hepatitis
Rmp :
À Hepatitis
À
Mual
À
Muntah
À
Nafsu makan menurun
À
Kencing berwana merah/orange
PZA :
À Racun pada hati
À
Nyeri pada
persendian
Strep :
À Racun pada syaraf
À
Keseimbangan
À
Gangguan
pendengaran
Etambutol:
À
Radang pada syaraf mata
À
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
À
Mual
À
Muntah
À
Racun di hati
PAS (P):
À
Gastritis (maag)
À
Racun di hati.
I. Tujuan
Pengobatan TB:
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian,
mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan
memutus mata rantai penularan.
II. Prinsip
Pengobatan TB Pada Anak
1. Permulaan
intensif
2. Kombinasi
3 atau lebih obat anti TB.
3. Teratur
dan lama.
4. Pemberian
gizi yang baik.
5. Pengobatan
dan pencegahan penyakit lama.
III. Alternatif
Pengobatan TB Paru Pada Anak:
1. Pengobatan jangka panjang (Long-Term
Regimen): kombinasi obat murah, memakan waktu 18 – 24 bulan.
3. Pengobatan
jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat mahal, waktu 6 – 9 bulan.
IV. Obat Anti Tuberculosis (OAT):
Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari,
maksimal 300 mg/hari.
1. Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari
saat perut kosong/sebelum makan.
Maksimal 600 mg/hari.
2. Pirazinamid/PZA
(tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
3. Streptomisin
(Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
4. Etambutol
(tablet/puyer): diminum 1x/hari.
Maksimal 2,5 gram/hari saat perut kosong/sebelum makan.
5. Lain-lain:
Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH,
PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu suspensi karena mengganggu daya
kerja/khasiat Rifampisin.
V. Lama
Pemberian Obat TB Pada Anak:
Macam Obat
|
Frekuensi Pemberian
|
Lama
|
INH
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
6
bulan
|
INH
Rmp
Strep
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
6
bulan
Strep
2 bulan
|
INH
Rmp
Strep
PZA
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
9
bulan (Strep & PZA 2 bulan)
|
INH
Rmp TB tulang
Strep belakang
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
6-9
bulan (Strep 2 bulan)
|
INH
Meningitis
Rmp TB dosis
Strep berbeda
PZA
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
12
bulan (Strep & PZA 2 bulan)
|
VI. Efek
Samping Pengobatan TB Paru Pada Anak:
INH :
À Radang syaraf tepi
À
Racun Pada hati
À
Hepatitis
Rmp :
À Hepatitis
À
Mual
À
Muntah
À
Nafsu makan menurun
À
Kencing berwana merah/orange
PZA :
À Racun pada hati
À
Nyeri pada
persendian
Strep :
À Racun pada syaraf
À
Keseimbangan
À
Gangguan
pendengaran
Etambutol:
À
Radang pada syaraf mata
À
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
À
Mual
À
Muntah
À
Racun di hati
PAS (P):
À
Gastritis (maag)
À
Racun di hati.
¦ Catatan:
Pengobatan TBC tidak boleh
terputus-putus karena akan menyebabkan kuman TBC menjadi resisten/kuman tahan
terhadap obat yang diberikan dan resiko
kambuh kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar