DEFORMITAS
PADA WAJAH *)
Bayi
yang lahir dengan kelainan pada bentuk wajah dapat mengubah suasana kelahiran
dari suatu peristiwa yang penuh suka cita menjadi suasana yang kaku
menegangkan. Kelainan bentuk wajah yang paling umum, labioskisis (bibir sumbing)
dan palatoskisis (langit-langit sumbing), terjadi baik secara tunggal ataupun
kombinasi keduanya. Labioskisis terjadi kira-kira 1:1000 kelahiran hidup dan
lebih banyak pada bayi laki-laki. Palatoskisis terjadi kira-kira 1:25.000,
lebih sering pada wanita. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, tampaknya
faktor genetik berpengaruh tetapi kadang-kadang terjadi dalam kasus tertentu
tidak ditemukan adanya riwayat genetik.
LABIOSKISIS DAN PALATOSKISIS
Orang tua dan keluarga tentu saja sangat ingin melihat dan menimang bayi
baru lahir mereka dan harus dipersiapkan dari kekagetan saat melihat kelainan
dari bentuk bibir bayinya. Reaksi emosional mereka terhadap kelainan yang
demikian nyata biasanya lebih berat dibanding dengan kelainan yang tersembunyi
seperti penyakit jantung kongenital. Mereka membutuhkan dorongan semangat dan
dukungan seperti instruksi yang jelas tentang bagaimana cara pemberian makanan
dan perawatan bayinya. Bayi yang lahir dengan palatoskisis (tanpa disertai
labioskisis) tidak menampakkan kelainan penampilan eksternal yang dapat membuat
orangtuanya mengalami distres tetapi masalah yang ditimbulkannya lebih serius.
Walaupun labioskisis dan
palatoskisis dapat timbul bersama-sama, salah satu kelainan dapat juga timbul
sendiri. Pada fase perkembangan embrio, palatum menutup lebih lambat daripada
bibir dan kelainan proses penutupannya terjadi oleh sebab yang berbeda.
Labioskisis dan
palatoskisis berhubungan dengan kelainan proses penyatuan maksila dan
premaksila selama minggu kelima sampai minggu kedelapan kehidupan dalam rahim.
Bibir mungkin mengalami takik sederhana yang tampak seperti garis merah tua
atau mungkin meluas ke dalam dasar rongga hidung (Gambar 1). Kelainannya
mungkin unilateral (one side of the
lift; sesisi) atau bilateral (both sides; dwisisi). Palatoskisis, terjadi pada
waktu antara minggu ketujuh dan keduabelas kehamilan, seringkali disertai
kelainan bentuk hidung dan kelainan pada sistem geligi misalnya susunan gigi
yang buruk, kekurangan atau kelebihan jumlah gigi.
Ketika janin berusia
sekitar 8 minggu, atap rongga mulut masih belum menutup; jaringan yang bakal
menjadi palatum tersusun dari dua jaringan yang berjalan dari depan ke belakang
rongga mulut dan mengarah vertikal ke bawah pada kedua sisi lidah. Susunan
tersebut selanjutnya tumbuh dari posisi vertikal ke posisi mendatar, kedua tepi
atasnya bertemu dan bersatu pada garis pertengahan. Kemudian, terbentuk tulang
di antara kedua jaringan ini yang kemudian membentuk palatum keras.
Normalnya, palatum sudah
utuh pada minggu ke-10 usia janin. Tepatnya, apa yang terjadi pada kelaianan akhir penutupan ini tidak
diketahui dengan pasti. Hal ini secara relatif lebih umum terjadi dalam suatu
kelompok masyarakat tertentu daripada populasi pada umumnya dan pada beberapa
kejadian menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan herediter berperan dalam
kelainan ini.
Gambar 1. A. Seorang bayi usia
2 minggu dengan labioskisis unilateral.
B.
Bayi yang bersangkutan pada usia 14 bulan, memperlihatkan hasil pembedahan.
Manifestasi
Klinis dan Diagnosis
Penampilan fisik bayi
menguatkan diagnosis labioskisis. Diagnosis palatoskisis ditentukan melalui
pemeriksaan tertutup terhadap langit-langit bayi. Untuk memastikan agar
palatoskisis tidak terabaikan, pemeriksa harus memasukkan sebuah jari (yang
terbungkus sarung tangan) ke dalam rongga mulut bayi baru lahir, meraba
langit-langit dan memastikan bahwa langit-langitnya utuh. Bila ditemukan
palatoskisis, siapkan konsultasi dengan spesilis klinik dalam bidang bedah
pemulihan palatoskisis.
Penatalaksanaan
Pembedahan, bedah plastik
biasanya merupakan upaya pertolongan yang utama pada labioskisis, palatoskisis
atau keduanya. Perawatan total melibatkan banyak spesialis, termasuk spesialis
anak, perawat, ortodentis, prostodentis, spesialis THT, spesialis terapi wicara
dan kadang-kadang psikiater. Pada jangka panjang, secara intensif perawatan
multidisipliner dibutuhkan untuk bayi dengan kelainan yang lebih parah.
Para ahli bedah plastik
berbeda pandangan dalam hal waktu terbaik untuk memulihkan labioskisis.
Beberapa ahli memilih reparasi dini, sebelum bayi meninggalkan rumah sakit,
mereka meyakini bahwa hal ini dapat meringankan perasaan penolakan keluarga
terhadap bayi tersebut. Ahli yang lain lebih suka menunggu sampai bayi berusia
1 atau 2 bulan, berat badan kira-kira 10 lb ( … kg) dan mencapai berat badan
yang stabil. Bayi yang dilahirkan bukan di rumah sakit besar yang mempunyai
cukup dokter spesialis, setelah meninggalkan rumah sakit tempat kelahirannya
seyogyanya dirujuk ke rumah sakit pusat atau dokter spesialis dalam bidang
pemulihan labio dan palatoskisis.
Bila pembedahan dini
dipertimbangkan, bayi harus cukup sehat dan mempunyai berat badan rata-rata
atau di atas rata-rata. Bayi harus diobservasi secara konstan karena bayi baru
lahir mempunyai kesulitan yang lebih banyak dalam hal kelebihan mukus daripada
bayi yang lebih tua. Bayi ini harus ditangani oleh ahli bedah plastik yang
kompeten dan perawat yang berpengalaman.
Tujuan pemulihan
palatoskisis adalah memberikan kepada anak palatum yang utuh di samping
kemampuan wicara yang dapat dipahami dan menyenangkan serta mencegah cedera
pada pertumbuhan maksila. Saat yang tepat untuk reparasinya bersifat
individual, sesuai dengan ukuran, tempat dan derajat kelainan. Ahli bedah
mungkin perlu mengerjakannya secara bertahap dalam beberapa tahun untuk
memperoleh hasil terbaik. Jangka waktu yang optimal untuk melakukan bedah
plastik dalam pemulihan palatoskisis dipertimbangkan antara 6 bulan sampai 5
tahun usia anak. Karena anak tidak bisa membuat bunyi ujaran yang tepat pada
saat mulai berbicara, tidak diinginkan
kebiasaan bicara terbentuk yang akan sulit diperbaiki. Jika pembedahan harus
ditunda sampai usia lebih dari 3 tahun, bicara dengan memanfaatkan susunan geligi
mungkin membantu anak mengembangkan percakapan yang dapat dipahami.
PROSES
KEPERAWATAN
PADA BAYI
DENGAN LABIOSKISIS DAN PALATOSKISIS
PENGKAJIAN
Satu hal yang menjadi perhatian utama dalam asuhan keperawatan bayi yang
menderita labioskisis dengan atau tanpa disertai palatoskisis adalah penanganan
terhadap masalah emosional keluarga bayi. Pengkajian terhadap bayi harus
meliputi eksplorasi sikap penerimaan keluarga terhadap bayi. Terapkan teknik
mendengarkan secara aktif dengan tanggapan reflektif, terima respon emosional
keluarga dan tunjukkan sikap menerima bayi secara utuh.
Keluarga pemberi asuhan yang kembali ke rumah sakit dengan bayi untuk
mulai menjalani bedah pemulihan palatoskisis telah berpengalaman dalam hal
pemberian makanan kepada bayi mereka. Lakukan wawancara yang sistematis dengan
pemberi asuhan yang isinya meliputi metode yang telah mereka temukan lebih
efektif dalam pemberian makanan kepada bayi tersebut.
Pemeriksaan fisik bayi meliputi suhu badan, denyut nadi apikal dan
pernapasan. Dengarkan bunyi napas untuk mendeteksi adanya kongesti paru.
Periksa turgor dan warna kulit, catat
berbagai penyimpangan dari keadaan normal. Juga, lakukan pemeriksaan neurologis, catat
kelainan dan penurunan respon yang ada. Dokumentasikan hasil pengkajian dan
uraikan secara lengkap kelainan sumbing
yang ada.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penyusunan diagnosa keperawatan tergantung pada penentuan waktu
pembedahan. Jika bayi meninggalkan rumah sakit sebelum pembedahan, diagnosa
keperawatan diarahkan kepada perawatan gangguan emosional keluarga dan pemberian
makanan pada bayi. Bila pada bayi baru lahir dilakukan bedah pemulihan bibir
sebelum meninggalkan rumah sakit, diagnosa keperawatan harus juga meliputi
aspek pra bedah. Diagnosa keperawatan didasarkan pada dan merupakan bagian dari
rencana pembedahan.
Diagnosa keperawatan pada
bayi baru lahir tersebut meliputi:
1.
Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengisap sekunder terhadap
labioskisis.
2.
Risiko perubahan hubungan orang
tua dan bayi berhubungan dengan kemungkinan cacat fisik bayi.
3.
Kecemasan kelurga pemberi asuhan
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan.
Beberapa diagnosa
keperawatan pra dan pasca bedah yang dianjurkan pada bayi yang menjalani bedah
pemulihan adalah:
1.
Risiko aspirasi berhubungan dengan
penurunan tingkat kesadaran pasca bedah.
2.
Pernapasan tidak efektif
berhubungan dengan perubahan anatomis.
3.
Risiko defisit volume cairan
berhubungan dengan status pembatasan
asupan per oral pasca bedah.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan pasca bedah.
5.
Risiko terhadap cedera pada luka
bedah berhubungan dengan keinginan bayi mengisap ibu jari, jari-jari dan
perubahan anatomis.
6.
Risiko perubahan membran mukosa
mulut berhubungan dengan luka bedah.
7.
Risiko terhadap infeksi
berhubungan dengan periode pasca bedah.
8.
Nyeri berhubungan dengan prosedur
pembedahan.
9.
Risiko terhadap perubahan tumbuh
kembang berhubungan dengan hospitalisasi dan pembedahan.
10.
Perilaku mencari bantuan kesehatan
berhubungan dengan aspek jangka panjang dari palatoskisis.
IDENTIFIKASI HASIL DAN
PERENCANAAN PERAWATAN
PRA BEDAH
Perumusan tujuan dan
perencanaan harus dimodifikasi untuk disesuaikan dengan rencana pembedahan.
Jika bayi meninggalkan rumah sakit tempat kelahirannya untuk rencana pembedahan
satu atau dua bulan kemudian, keperawatan difokuskan untuk mempersiapkan
keluarga dalam perawatan bayi di rumah dan membantunya untuk mengatasi masalah
emosional mereka. Tujuan utama asuhan keperawatan meliputi mempertahankan
nutrisi yang adekuat, meningkatkan hubungan orang tua-bayi, mengurangi
penolakan orang tua dan kecemasan terhadap kelainan fisik bayi dan
mempersiapkan tindakan pemulihan labioskisis dan atau palatoskisis kelak.
IMPLEMENTASI
Mempertahankan
nutrisi yang adekuat:
Status nutrisi bayi merupakan hal penting dalam perencanaan pembedahan
karena bayi harus dalam kondisi yang baik sebelum tindakan pembedahan dapat dijadualkan. Pemberian makanan pada
bayi dengan labioskisis sebelum menjalani bedah pemulihan merupakan kegiatan
yang penuh tantangan. Prosedur tersebut mungkin memakan waktu dan menjemukan.
Kemampuan bayi untuk mengisap tidak adekuat, membuat pemberian makanan menjadi
sulit. Pemberian ASI mungkin dapat berhasil karena buah dada ibu dapat menutup
celah pada bibir bayi. Jika bayi tidak dapat diberi ASI, ASI mungkin tidak
lancar, dapat digunakan susu formula hingga setelah bedah pemulihan
menyembuhkan kelainan yang ada. Gunakan beraneka-ragam puting buatan yang
mungkin dapat dicoba untuk menemukan metode kerja yang paling baik. Sebuah dot
lembut memudahkan aliran susu atau susu formula dapat digunakan dengan baik.
Pengunaan dot Lamb yang cukup panjang sehingga dapat menutupi celah pada
langit-langit dianjurkan khusus pada palatoskisis. Satu contoh metode yang
sederhana dan lebih efektif adalah menggunakan penetes mata atau sebuah tabung
spuit yang bersih dengan sebuah balon penetes pada ujung atasnya. Penetes dan
spuit digunakan secara hati-hati untuk meneteskan formula ke dalam mulut bayi
dengan tetesan yang cukup pelan untuk memungkinkan bayi dapat menelan. Perawat
dan keluarga pemberi asuhan dalam pemberian makanan harus waspada terhadap
timbulnya tanda-tanda aspirasi.
Apapun metode pemberian makanan yang digunakan, pengalaman tersebut
mungkin membuat frustrasi kedua pihak, pemberi makanan dan si bayi. Berikan
kesempatan keluarga pemberi asuhan untuk mempraktikkan teknik pemberian makanan
di bawah supervisi perawat. Selama proses pembelajaran, berikan kesempatan yang
luas bagi mereka untuk menyampaikan pertanyaan hingga mereka merasa mampu
merawat bayi tersebut (Lihat Petunjuk Pembelajaran Keluarga untuk Kasus
Labio/Palatoskisis).
Petunjuk
Pembelajaran
Keluarga Bayi dengan Labio/Palatoskisis
|
1.
Kemampuan mengisap adalah hal
yang penting dalam perkembangan kemampuan wicara.
2.
Rawat bayi dengan tulus melalui
bantuan pemberian makanan untuk mencegah lemas karena kelaparan.
3.
Sendawakan bayi secara teratur,
karena adanya banyak udara yang tertelan selama pemberian makanan.
4.
Jangan melelahkan bayi. Batas
lamanya waktu setiap kali pemberian makanan maksimal 20-30 menit.
5.
Berikan makanan dengan
mengalirkannya secara pelan dari arah sisi sendok kecil.
6.
Jangan takut bila makanan
mengalir masuk ke dalam celah dan keluar melalui hidung.
7.
Lakukan pemeriksaan pendengaran
setiap kali bayi mengalami pilek atau infeksi saluran pernapasan bagian atas.
8.
Bicara secara normal kepada bayi
(bukan dengan bahasa bayi). Bicara banyak, ulangi celoteh bayi. Hal ini
membantu perkembangan kemampuan wicara.
9.
Coba memahami dengan cepat apa
yang diucapkan bayi tanpa mencoba mengoreksinya.
10. Perawatan mulut adalah sesuatu yang mutlak dilakukan.
11. Perawatan gigi secara dini adalah hal yang mendasar untuk
mengamati pertumbuhan gigi dan mencegah karies. .
|
Meningkatkan koping keluarga:
Dorong keluarga untuk
mengutarakan perasaan mereka tentang kecacatan bayi dan kekecewaan mereka.
Beritahukan kepada keluarga bahwa perasaan mereka bisa dimaklumi dan merupakan
sesuatu yang wajar. Sambil merawat bayi, tunjukkan perilaku yang secara nyata
menunjukkan sikap menerima bayi. Jadilah seorang model untuk menunjukkan
bagaimana memperlakukan anak kepada keluarga pemberi asuhan.
Mengurangi
kecemasan keluarga:
Berikan informasi tentang
pembedahan pemulihan kepada keluarga. Pamflet dapat berguna untuk menunjukkan
gambar-gambar sebelum dan sesudah kelainan dikoreksi yang dapat menjawab
beberapa pertanyaan mereka. Dorong mereka untuk bertanya dan berikan jaminan
bahwa setiap pertanyaannya adalah tepat. Dengan demikian, pada saat bayi secara
nyata diizinkan menjalani bedah pemulihan, keluarga telah menerima sedikit
informasi, tetapi semua keluarga membutuhkan tambahan dukungan informasi
tentang seluruh prosedur. Jelaskan kebiasaan yang rutin dilakukan dalam
keperawatan sebelum, selama dan sesudah pembedahan. Menuliskan informasi akan berguna
untuk memastikan orang tua memahami informasi yang diberikan. Contoh sederhana
yang penting adalah: memperlihatkan kepada mereka tempat dimana mereka bisa
menunggu selama pembedahan, informasikan berapa lama pembedahan mesti
berlangsung, sampai-kan tentang prosedur kerja unit perawatan pasca anestesi
dan kemudian beritahukan tempat dimana ahli bedah akan menunggu untuk menemui
mereka dan melaporkan hasil pembedahan.
IDENTIFIKASI HASIL DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN
PASCA BEDAH
Tujuan utama asuhak keperawatan
pasca bedah pemulihan labioskisis dan palatoskisis meliputi: mencegah infeksi,
mencegah aspirasi, memperbaiki pernapasan, mencegah cedera pada luka bedah,
mengurangi nyeri dan meningkatkan pengetahuan keluarga pemberi asuhan tentang
perawatan jangka panjang anak.
IMPLEMENTASI
Mencegah
aspirasi:
Untuk memudahkan drainase
mukus dan sekresi, posisikan bayi dalam posisi miring ke samping pada pasca
bedah labioskisis dan miring ke samping atau telungkup pada pasca bedah
palatoskisis. Amati bayi secara teliti selama masa intensif pasca bedah. Jangan
menaruh apapun dalam mulut bayi untuk membersihkan mukus karena akibatnya dapat berbahaya terhadap
luka bedah terutama pada pasca bedah palatoskisis.
Mengubah cara
bernapas:
Segera setelah bedah
pemulihan palatoskisis, pernapasan bayi akan berubah dari pernapasan mulut ke
pernapasan hidung. Perubahan ini mungkin akan membuat bayi frustrasi, tetapi
bila posisinya dapat melonggarkan jalan napas dan memudahkan pernapasan, bayi
akan dapat menyesuaikan diri dengan cepat.
Mengawasi
volume cairan:
Pada periode segera setelah
pembedahan, bayi membutuhkan cairan parenteral. Ikuti semua prosedur pencegahan
yang biasa dilakukan; periksa cairan yang akan diberikan, kelainan warna dan
pembengkakan lokasi pemberian cairan, serta kecepatan tetesan setiap 2 jam.
Catat asupan dan haluaran dan gunakan bidai. Pemberian cairan parenteral
diteruskan sampai bayi dapat diberi cairan per oral tanpa muntah.
Mempertahankan
nutrisi yang adekuat:
Bila bayi tidak mengalami mual yang berlebihan, ahli bedah biasanya
mengizinkan pemberian cairan bersih.
Kemampuan mengisap penting untuk mengembangkan kerja otot wicara,
sehingga perlu didukung. Jika bayi tidak mengalami labioskisis atau jika
sumbing telah dipulihkan lebih dini, kemampuan mengisap mungkin dapat
dipelajari lebih mudah sama walaupun umumnya tidak sebaik dibanding dengan bayi
yang memiliki palatum yang utuh. Dot yang besar dengan lubang yang memungkinkan
air susu mengalir secara bebas membuat pengisapan lebih mudah. Jika sumbing
terjadi unilateral (sesisi), dot harus diarahkan untuk menutupi celah tersebut.
Untuk bayi yang menjalani bedah pemulihan palatum, tidak ada dot, sendok
ataupun alat pengisap yang diizinkan, cara yang tepat adalah minum melalui
gelas atau cangkir. Sebuah cangkir kesukaan anak yang di bawah dari rumah
mungkin dapat menenangkan bayi. Tawarkan minuman yang bersih seperti cairan
gelatin beraroma, sari apel dan minuman sintetik beraroma buah-buahan. Sari
buah-buahan dan minuman berwarna merah tidak boleh diberikan karena hal itu
dapat mengacaukan pengamatan terhadap perdarahan yang mungkin terjadi. Biasanya
bayi tidak menyukai kaldu. Diet ditingkatkan dari cairan penuh dan biasanya
bayi disapih pada diet lunak. Bila diizinkan, berikan makanan seperti bubur
sereal bayi, es krim dan gelatin beraroma yang kerapkali disukai anak.
Pembedahan mempengaruhi kemajuan diet. Tidak ada benda keras atau tajam yang
dapat ditaruh dalam mulut bayi.
Mencegah
cedera pasca bedah:
Selanjutnya, keterampilan observasi merupakan hal mendasar. Pembengkakan
jaringan mukosa mulut menyebabkan sekresi mukus berlebihan yang kurang dapat
diatasi oleh seorang bayi. Dalam jam pertama pasca bedah, jangan pernah
meninggalkan bayi sendirian, karena aspirasi mukus lebih cepat dan sering terjadi.
Karena tidak ada sesuatupun yang diperbolehkan ditaruh dalam mulut bayi, bayi
suka mengisap ibu jari atau jari lainnya, sangat penting membatasi gerak
lengan. Mengisap ibu jari, meskipun menyenangkan bagi bayi, dapat menggagalkan
pemulihan atau menyebabkan luka tidak sembuh sempurna yang tentu tidak
dikehendaki. Dalam hal ini, hasil akhir kebahagian dan kesejahteraan bayi harus
didahulukan daripada kesenangan sementara. Hal tersebut membantu perawat
membiasakan diri melakukan pembatasan gerak lengan bayi secara teratur tanpa
menunggu diperintahkan.
Pembatasan gerak sendi siku harus dilakukan dengan benar dan diperiksa
secara teratur. Balut bidai cukup kuat mengelilingi lingkar lengan dan sematkan
pada baju atau celana bayi untuk mencegah ikatan melorot ke bawah siku. Lengan
bayi dapat bergerak bebas tetapi tidak dapat melipat siku untuk menyentuh
wajahnya. Lakukan pembatasan dengan cukup kuat tetapi tidak membatasi
kelancaran sirkulasi darah. Pada bayi yang lebih tua mungkin dibutuhkan
pembatasan dengan menggunakan pakaian khusus yang disebut jacket restraint.
Lakukan setiap usaha untuk mencegah bayi dengan bedah pemulihan labioskisis
menagis untuk menghindari peregangan berlebihan dari luka bedah.
Renggangkan bidai setiap 4 jam dengan tetap mengendalikan gerakan bebas
lengan bayi sehingga ibu jari atau jari lainnya tidak sampai dihisap ke dalam
mulutnya. Hibur bayi dan eksplorasi hal-hal yang dapat menyenangkan baginya.
Bicaralah kepada bayi secara berkesinambungan sementara melakukan tindakan
keperawatan. Permainan “Ciluk Baa (Peek-a-Boo)” dan permainan bayi
lainnya mungkin membantu. Inspeksi dan massase kulit, oleskan lotion dan
lakukan range-of-motion exercises. Ganti pembalut bidai bila kotor atau
basah.
Mempercepat
penyembuhan:
Perawatan ringan pada mulut
dengan air hangat atau cairan pembersih dapat dianjurkan setelah pemberian
makanan. Hal ini membantu membersihkan area luka bedah dari sisa makanan atau
minuman untuk meningkatkan kebersihan dan mengoptimalkan penyembuhan.
Perawatan
luka bedah pada bibir:

Gambar 2. Penggunaan kancing Logan.
Hati-hati membersihkan luka jahitan setelah pemberian makanan.
Pembersihan secara teratur adalah hal yang mendasar sepanjang luka jahitan
tetap tidak teregang. Bersihkan luka jahitan perlahan-lahan dengan kapas swab
steril dan cairan NaCl fisiologis atau larutan yang ditentukan oleh ahli bedah.
Pemberian ointment seperti basitrasin juga mungkin dianjurkan. Ajarkan kepada
keluarga cara merawat luka jahitan, karena bayi mungkin akan keluar dari rumah
sakit sebelum luka sembuh sempurna. Luka jahitan sembuh dalam 7 sampai 10
setelah pembedahan. Bayi mungkin akan diperbolehkan untuk mengisap
minumannya melalui
sebuah dot yang lunak.


Gambar 3. Anak yang memerlukan
revisi celah kecil yang masih tersisa.
Mencegah
infeksi:
Teknik aseptik penting
selama perawatan dilakukan pada bayi yang menjalani bedah pemulihan pada bibir
dan palatum. Teknik mencuci tangan yang baik merupakan hal yang mendasar.
Instruksikan kepada keluarga pemberi asuhan tentang pentingnya pencegahan
segala sesuatu yang dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan atas pada
bayi. Observasi tanda-tanda otitis media yang bisa timbul dari mukus yang
mengalir ke dalam tuba eustachius.
Mengurangi
nyeri:
Observasi tanda-tanda nyeri
atau ketidaknyamanan akibat pembedahan. Laksanakan pesanan pemberian analgetik
yang diperlukan. Mengurangi nyeri tidak hanya memberi kenyamanan kepada bayi
tetapi juga dapat mencegah bayi menangis, dimana hal ini penting karena bahaya
yang dapat ditimbulkannya pada proses penyembuhan luka bedah.
Meningkatkan
rangsang sensoris:
Bayi membutuhkan stimulasi,
permainan yang aman di tempat tidur. Perawat dan keluarga harus menggunakan
setiap kesempatan untuk memberikan stimulasi sensoris. Berbicara kepada bayi,
bersenda gurau, memberikan sentuhan dan tanggap terhadap tangisan bayi,
semuanya merupakan intervensi keperawatan yang penting. Berikan kebebasan yang
dimungkinkan dalam batas-batas pertimbangan keamanan bayi. Satu pengasuh harus
ditunjuk untuk menjamin stabilitas dan konsistensi perawatan. Keluarga pemberi
asuhan dan personil kesehatan harus melibatkan anak yang lebih tua dalam
percakapan dan membantu meningkatkan rasa percaya diri anak. Bayi mengalami
perasaan frustrasi karena tindakan pembatasan sehingga hiburan harus diberikan
dengan berbagai cara. Diayun-ayun, bersenda gurau dan berbagai teknik lainnya
merupakan bagian penting dari asuhan keperawatan. Anggota keluarga dan pemberi
asuhan lainnya adalah pihak yang paling tepat untuk melakukan perawatan yang
sarat dengan kasih sayang ini.
Memberikan
pendidikan kepada keluarga:
Pusat perawatan labioskisis dan palatoskisis memiliki tim spesialis yang
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan anak dan keluarganya dalam masa bayi, pra
sekolah dan usia sekolah. Jelaskan kepada keluarga pemberi asuhan pelayanan apa
yang dapat diberikan oleh spesialis anak, ahli bedah plsatik, ortodontis, ahli
terapi wicara, ahli nutrisi, dan perawat kesehatan masyarakat. Para profesional
ini dapat memberikan penjelasan dan konsultasi tentang diet anak, latihan
wicara, imunisasi dan kesehatan secara umum. Dorong keluarga menghubungi para
profesional ini untuk mengatasi masalah dalam bidangnya masing-masing.
Tanggaplah atas segala hal yang menunjukkan bahwa pemberi asuhan memerlukan
tambahan informasi dan rencanakan persiapan pertemuan.
Perawatan geligi untuk gigi tertentu dalam kasus ini lebih penting dari
biasanya. Insidens karies gigi, tinggi pada anak dengan palatoskisis tetapi
pemeliharaan gigi tertentu penting untuk memberikan hasil terbaik dalam
kemampuan wicara dan penampilan
EVALUASI:
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
PRA
BEDAH
·
Tujuan : Bayi akan memperlihatkan pencapaian
berat badan yang ber-makna.
Kriteria : Peningkatan berat badan bayi mencapai tujuan 1 oz atau lebih
per hari
·
Tujuan : Keluarga akan menunjukkan sikap
menerima bayi.
Kriteria :
Keluarga pemberi asuhan mengutarakan perasaan mereka tentang bayinya, bersenda
gurau dan berbicara kepada bayi tersebut.
·
Tujuan : Kecemasan keluarga pemberi asuhan akan
berkurang.
Kriteria : Keluarga pemberi asuhan
dapat menjawab pertanyaan
dengan baik tentang pembedahan, mendiskusikan secara terbuka mengenai
persetujuannya dan menyampaikan harapan yang beralasan.
PASCA
BEDAH
·
Tujuan : Bayi tidak akan mengalami aspirasi
mukus atau sekresi.
Kriteria : Tidak terjadi
aspirasi.
·
Tujuan : Bayi akan menyesuaikan pernapasan yang
dikehendaki.
Kriteria :
Bayi bernapas melalui
hidung dengan ketegangan yang sekecil mungkin.
·
Tujuan : Tanda-tanda hidrasi yang adekuat akan
tampak selama periode pembatasan asupan per oral.
Kriteria : Turgor
kulit baik dan membran mukosa lembab; tidak
terjadi perembesan cairan dari urine.
·
Tujuan : Bayi akan menerima dan toleran terhadap
asupan nutrisi per oral.
Kriteria :
Bayi tidak mengalami mual atau
muntah dan mencapai peningkatan BB 22-33 gram per hari
untuk usia < 6 bulan atau 13-22 gram per hari untuk usia > 6 bulan.
·
Tujuan : Luka bedah akan pulih secara utuh.
Kriteria :
Pemberi asuhan dan anggota keluarga menerapkan cara mencuci tangan dengan baik
dan teknik aseptik. Bayi menunjukkan tidak terjadinya infeksi saluran
pernapasan atau infeksi lainnya.
·
Tujuan : Bayi akan bebas dari rasa nyeri.
Kriteria :
Bayi dapat istirahat lebih cepat, tidak menangis dan tidak me-nampakkan
kesedihan.
·
Tujuan : Bayi akan terlibat dalam aktivitas yang
menyenangkan.
Kriteria :
Bayi terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia dan perkem-bangannya dan
sesuai dengan keadaan pembatasan yang ada.
·
Tujuan : Keluarga akan mempelajari cara merawat
bayi.
Kriteria :
Keluarga pemberi asuhan dapat menjawab dengan tepat dan me-nunjukkan pemahaman
atas penatalaksanaan bayi dalam jangka panjang pada saat diresponsi dengan
pertanyaan oleh staf keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar