perawatan luka modern

selamat datang diblog trio hardin saputra dinata dan nikmatilah hasilnya.

Jumat, 24 Februari 2012

ASKEB 3 POST PARTUM


BAB I

PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di ASEAN, sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI 2002 2003); artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes RI,Dirjen Binkesmas, 2004)
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor- faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio-ekonomi. Penyebab komplikasi obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Menurut SKRT 2001, penyebab obstetrik langsung sebesar 90%, sebagian besar perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tak langsung kematian ibu berupa kondisi kesehatan yang dideritanya misalnya Kurang Energi Kronis (KEK) 37%. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan 40-60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Sebagian besar kasus perdarahan postpartum terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik. Disamping menyebabkan kematian, perdarahan pascapersalinan memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang.  (Chalik TMA, 1997).
Dari uraian di atas bahwa salah satu faktor peningkatan AKI adalah ketika wanita dalam masa nifas, dimana pada masa nifas ini rentan sekali terjadi perdarahan dan infeksi sehingga perlu dilakukan pengkajian secara intensif pada masa tersebut.
Masa nifas merupakan masa pemulihan kembali dari organ – organ  reproduksi wanita seperti keadaan tidak hamil. Di mana proses perubahan ini meliputi proses involusi uteri, laktasi dan pengeluaran. Pada proses involusi uteri terjadi perubahan bentuk uterus menjadi kecil kembali akibat kontraksi dari uterus itu sendiri sampai pada keadaan  tidak hamil. Pada proses laktasi terjadi perubahan pada payudara menjadi lebih kencang akibat produksi air susu bagi persiapan menyusu bayi. Proses pengeluaran yaitu pengeluaran lochea atau cairan uterus yang dikeluarkan melalui vagina.
Proses perubahan tersebutlah yang perlu diawasi pada masa nifas untuk mendeteksi apakah sesuai dengan proses masa nifas normal atau terdapat kelainan. Dari alasan – alasan tersebut maka kami mengangkat laporan induvidu yang berjudul ”Asuhan Kebidanan pada Ny ”P” dengan Postpartum Normal di Ruang Nifas RSUD Patut Patuh Patju tanggal 08-09 Februari 2012”.  
Sebagai bentuk aplikasi ilmu yang didapat di bangku kuliah maka para mahasiswi YARSI Mataram Jurusan Kebidanan diwajibkan untuk melakukan asuhan kebidanan mulai dari kehamilan (ANC), persalinan (INC), masa nifas (PNC), perawatan bayi baru lahir (BBL), hingga KB yang tentunya diharapkan pelaksanaannya sesuai standar juga untuk mendapatkan apakah terdapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ada di lahan praktek.

B.       Tujuan

a.       Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan pada postpartum normal dengan 7 langkah Varney.
b.      Tujuan Khusus
-          Mengidentifikasi masalah pada ibu nifas Ny. “P” dengan postpartum  normal melalui pengkajian data dan interpretasi data.
-          Menyususn  rencana dan pelaksanaan tindakan sesuai dengan kebutuhan ibu nifas Ny “P” dengan postpartum normal.
-          Melakukan evaluasi hasil pelaksanaan tindakan terhadap Ny “P” dengan postpartum normal..  
C.           Manfaat
1.      Bagi lahan praktek
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan bagi pasien dan menerapkan semboyan lebih baik mencegah daripada mengobati.
2.      Bagi Ibu
Dapat mengetahui perawatan pada masa nifas normal sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan bayi maupun ibu.
3.      Bagi pendidikan
Menambah literatur-literatur pendidikan dan dapat menjalin kerjasama yang baik antara pihak rumah sakit dan pendidikan dan menambah referensi tentang asuhan pada ibu dengan nifas normal
4.      Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan bpada ibu nifas normal sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan pendokumentasian Varney







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Postnatal Care
1)     Pengertian
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan (Depkes, 2009).
2)     Tujuan
Untuk mendeteksi dini komplikasi pada ibu nifas, pencegahan dan penangan komplikasi dapat diberikan dengan pelayanan kesehatan yang berkompeten (Depkes, 2009)
3)     Nifas
a.      Pengertian
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2007).
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan setelah kelahiran. Namun secara popular, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal (Cunningham FG. 2006).
   Istilah puerperium (berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya melahirkan) menunjukkan periode 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil.
 ( Maryunani,  2009 hal : 5)
b.      Etiologi
Lahirnya hasil konsepsi yang berada di dalam rahim (Huliana, 2003).

c.       Fisiologi
Setelah plasenta dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira ± 2 jari di bawah pusat. Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang ± 15 cm, lebar ± 12 cm, dan tebal ± 10 cm. Sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium yang dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm. Oleh karena adanya kontraksi rahim, pembuluh darah tertekan sehingga terjadi ischemia. Selama 2 hari berikut uterus tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu kemudian turun ke rongga panggul dan tidak dapat diraba lagi diatas symfisis dan mencapai ukuran normal dalam waktu 4 minggu.
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam uterus berdeferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik terkelupas keluar bersama lochea sementara lapisan basalis tetap utuh menjadi sumber pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.
Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran diameternya 2-4 cm.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.
Serviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps dan kendur setelah kala II persalinan. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama beberapa hari setelah persalinan, porsio masih dapat dimasuki 2 jari, sewaktu mulut serviks sempit, serviks kembali menebal dan salurannya akan terbentuk kembali.
Miometrium segmen bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi isthmus uteri yang hampir tidak dapat dilihat.
Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong yang berdinding lunak yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil. Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga, hymen muncul kembali sebagai potongan jaringan yang disebut sebagai carunculae mirtiformis.
Pada dinding kandung kencing terjadi edema dan hyperemia, disamping itu kapasitasnya bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika.
d.      Tanda dan Gejala
Nifas ditandai dengan :
1)         Adanya perubahan fisik
a)  Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil (Saifuddin AB, 2006).
Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari pertama, TFU di atas simfisis pubis atau sekitar 12 cm. proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak teraba di simfisis pubis ( Suherni, 2009).
b)Serviks (Leher rahim)
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari. Namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan (Saifuddin AB, 2006).
c)  Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali seperti semula setelah 3-4 minggu (Saifuddin AB, 2006).
d)       Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna menjadi keputihan (Saifuddin AB, 2006).
e)        Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar putting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Pada hari ke-2 hingga ke-3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan antibody dan protein yang sangat bagus untuk bayi ( Suherni , 2009).

f)         Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan lainnya akan menghilang secara perlahan-lahan (Saifuddin AB, 2006).
2)         Involusio uterus dan pengeluaran lochea
Dengan involusio uteri, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama-sama dengan sisa cairan, campuran antara darah yang dinamakan lochea. Biasanya berwarna merah, kemudian semakin lama semakin pucat, dan berakhir dalam waktu 3-6 minggu.
a)     Lochea Rubra
Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama post partum sampai hari ke empat. Warnanya merah yang mengandung darah dan robekan/luka pada tempat perlekatan plasenta serta serabut desidua dan korion.
b)     Lochea Serosa
Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah, banyak serum, juga lekosit. Muncul pada hari ke lima sampai hari ke sembilan.
c)     Lochea Alba
Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan mengandung leukosit, selaput lendir serviks serta jaringan yang mati. Timbulnya setelah hari ke sembilan.
3)         Laktasi atau pengeluaran ASI
Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus didalam payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI akan berlangsung sesudah kelahiran bayi saat kadar hormon estrogen dan progesteron menurun.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin, rangsangan sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel mioepitel
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus ke sinus lactiverus.
Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein, mineral, dan antibody daripada ASI yang telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran.
4)         Perubahan sistem tubuh lain
a)    Endokrin
Endokrin diproduksi oleh kelenjar hypofise anterior, meningkat dan menekan produksi FSH (Folicle Stimulating Hormon) sehingga fungsi ovarium tertunda. Dengan menurunnya hormon estrogen dan progesteron, kondisi ini akan mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan semula.
b)   Hemokonsentrasi
Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal dengan adanya mekanisme kompensasi yang menimbulkan hemokonsentrasi, umumnya terjadi pada hari ke tiga dan ke lima.
c)    Diastasis rekti abdominalis
Yaitu pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan ( widyasih, 2009 )
d)   Tanda Hofman
Sakit di betis dan area popliteal pada dorsofleksi pasif kaki, menunjukkan trombosis vena dalam dari betis. Juga dikenal sebagai tanda dorsofleksi. Faktor Pembekuan biasanya meningkat selama kehamilan. Dalam hal ini, penurunan aktivitas setelah melahirkan sekunder untuk anestesi atau trauma atau pengiriman operasi dapat meningkatkan risiko pengembangan bekuan darah atau trombus. Penilaian tanda Hofman menyediakan informasi tentang perkembangan trombi dan harus dievaluasi secara berkesinambungan. Untuk melakukan tanda Hofman, pasien harus di tempat tidur dengan kaki santai dan diperpanjang. Refleks dorsal kaki kuat (satu per satu) dan mengevaluasi rasa sakit pada otot betis. Hasil positif adanya tanda Hofman yaitu adanya rasa sakit yang tidak normal dan harus dilaporkan kepada penyedia perawatan kesehatan segera. Indikator lain dari trombi mungkin meliputi kehangatan, kemerahan atau nyeri di kaki dicurigai. Sedangkan hasil negatif adanya tanda Hofman yaitu tidak adanya rasa sakit bilateral adalah respon yang diinginkan.

e.       Aspek Psikologis Post Partum
Dibagi dalam beberapa fase yaitu :
1)       Fase “Taking In”
a)        Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini berlangsung selama 1-2 hari.
b)        Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak dengan bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi tentang bayinya.
c)        Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.
2)       Fase “Taking Hold”
a)        Fase mencari pegangan, berlangsung ±10 hari.
b)        Ibu berusaha mandiri dan berinisistif.
c)        Perhatian terhadap kemampuan diri untuk mengatasi fungsi tubuhnya seperti kelancaran bab, bak, duduk, jalan dan lain sebagainya.
d)       Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya.
e)        Timbul rasa kurang percaya diri.
3)       Fase “Letting Go”
a)        Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.
b)        Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru
c)        Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan bayinya.
d)       Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya.
Ada yang membagi aspek psikologis masa nifas adalah sbb :
1)   Fase Honeymoon
Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak pada fase ini.
a)    Tidak memerlukan hal-hal yang romantis
b)   Saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2)   Bonding and Attachment
Menurut Nelson Attachment, bonding adalah dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir.
Menurut Nelson Attachment adalah ikatan aktif yang terjadi antara individu.
3)   Post Partum Blues
Adalah dimana wanita :
a)    Kadang-kadang mengalami kekecewaan yang berkaitan dan mudah tersinggung dan terluka
b)   Nafsu makan dan pola tidur terganggu, biasanya terjadi di Rumah Sakit karena adanya perubahan hormon dan perlu transisi.
c)    Adanya rasa ketidaknyamanan, kelelahan, kehabisan tenaga yang menyebabkan ibu tertekan
d)   Dapat diatasi dengan menangis. Bila tidak teratasi dapat menyebabkan depresi.
e)    Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan sebelumnya bahwa hal tersebut di atas adalah normal. ( suherni, 2009 )


f.       Prosedur Diagnostik
1)  Anamnesa
a)     Riwayat ibu:
(1)   Tanggal dan tempat persalinan
(2)   Penolong persalinan
(3)   Jenis persalinan
(4)   Masalah selama persalinan
(5)   Nyeri
(6)   Menyusui atau tidak
(7)   Keluhan
b)     Riwayat sosial ekonomi
c)     Riwayat Bayi
(1) Menyusu atau tidak
(2) Keadaan tali pusat
(3) BAB dan BAK
(4) Tanda-tanda bahaya lainnya
2)  Pemeriksaan kondisi ibu
a)     Pemeriksaan umum
(1) Tekanan Darah
(2) Nadi
(3) Suhu
(4) Respirasi
(5) Tanda anemia
(6) Oedema dan tanda thromboflebitis
(7) Refleks dan varices
b)     Payudara
(1) Puting susu
(2) Nyeri tekan
(3) Abses
(4) Pengeluaran ASI
c)     Abdomen (uterus)
(1) Tinggi Fundus Uteri
(2) Kontraksi uterus
(3) Kandung kemih
d)    Vulva dan perineum
(1) Pengeluaran
(2) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi
(3) Hemoroid
e)     Lochea
f)      Pemeriksaan Laboratorium ( Hb- jika ada anemia antepartum atau perdarahan).
g.      Asuhan masa nifas
1)    Program dan kebijakan teknis
Table 2.13 Pelayanan kesehatan Ibu Nifas
KUNJUNGAN
WAKTU
ASUHAN
I
6 jam – 3 hari setelah persalinan
a.       Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b.      Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
c.       Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d.      Pemberian ASI awal.
e.       Melakukan hubungan antara ibu dan bai baru lahir.
f.       Menjaga bayi tetap sehat dengan cara pencegahan hipotermia
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
II
8-14 hari
a.       Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
b.      Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
c.       Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d.      Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan  tanda-tanda penyulit.
e.       Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
III
36-42 hari
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
a.       Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami.
Memberikan konseling KB secara dini.
( Depkes RI, 2009, hal 10)
2)    Tujuan asuhan masa nifas :
a)        Menjaga kesehatan ibu maupun bayinya, baik fisik maupun psikologik
b)        Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c)        Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d)       Memberikan pelayanan keluarga berencana.
3)        Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu hamil :
a)             Kebersihan diri
(1)          Anjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun di daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah anus. Dibersihkan setiap kali setelah selesai buang air kecil dan buang air besar.
(2)          Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari
(3)          Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah kemaluan.
(4)          Jika ibu mempunyai luka operasi atau laserasi, tidak diperkenankan untuk menyentuh daerah luka.
b)             Istirahat
(1)          Anjurkan kepada ibu untuk beristirahat dengan cukup guna mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu tidur pada saat bayinya juga tidur.
(2)          Sarankan ia kembali ke kegiatan rumah tangga biasa secara bertahap.
c)             Latihan
(1)          Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul, kembali seperti keadaan sebelum hamil.
(2)          Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan sangat membantu, seperti misalnya latihan kegel.
d)            Gizi
(1)          Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
(2)          Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
(3)          Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali setelah selesai menyusui)
(4)          Pil besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan
(5)          Minum kapsul vitamin A (200.000 IU)
e)             Perawatan payudara
(1)          Menjaga payudara tetap bersih
(2)          Menggunakan bra yang menyokong payudara
(3)          Rawat payudara bila bengkak atau lecet
f)              Hubungan intim (suami istri)
Begitu darah merah sudah tidak lagi keluar, dan ibu tidak merasa ada ketidaknyamanan, maka hubungan intim sudah dapat dimulai atau sesuai dengan kepercayaan yang dianut ibu. ( Saifuddin AB, 2006 )
h.      Prognosa dan Komplikasi
1)    Prognosis
Masa nifas normal, jika involusio uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI dan perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan psikologis ibu normal. (Saifuddin AB. 2006)
2)    Komplikasi
Komplikasi pada masa nifas yang biasa terjadi adalah :
a)        Infeksi nifas
b)        Kelainan atau gangguan pada mammae
(1)    Mastitis
(2)    Bendungan ASI
(3)    Kelainan puting susu
c)        Sub involusio
d)       Perdarahan nifas skunder
e)        Tromboflebitis
( Saifuddin, 2006 )
B.     Konsep Manajemen
1.      Konsep Manajemen Varney
Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. (Varney,2000).
Langkah- langkah Manajemen Kebidanan
1)        Langkah I (Pertama) : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang aksrat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien :
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
a)      Anamnesa :
Biodata; Riwayat Menstruasi; Riwayat Kesehatan; Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas; Biopsikososiospritual; Pengetahuan klien
b)      Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
c)      Pemeriksaan khusus :
Inspeksi; Palpasi; Auskultasi; Perkusi
d)     Pemeriksaan penunjang
Laboratorium; Catatan terbaru dan sebelumnya
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya. Sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.
Sehingga dalam tahapan ini harus komprehensip meliputi data subyektif, obyektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi/masalah klien yang sebenarnya atau valid
2)        Langkah II (Kedua) : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah bukan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data tang dikumpulkan.
a)         Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur.
Diagnosa kebidanan yaitu :
1)      Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2)      Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3)      Memiliki ciri khas kebidanan
4)      Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5)      Dapat dijelaskan dengan pendekatan manajeman kebidanan
b)        Masalah
Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnose.
c)         Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.
3)         Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa potensial ini benar-benar terejadi.
4)         Langkah IV (Keempat) : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera, untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang sesuai dengan kodisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
5)         Langkah V (Kelima) : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang diidentifikasi atau antisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tapijuga jadi kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang akan terjadi berikutnya.
6)         Langkah VI (Keenam) : Pelaksanaan  Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah VI ini langkah V dilaksanakan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.


7)         Langkah VII (Ketujuh) : Mengevaluasi
Yang dilakukan adalah mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi  di dalam diagnosa dan masalah.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedang sebagian belum efektif. Maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana tersebut.
2.      Pendokumentasian SOAP
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secar benar, jelas, singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan pada seorang klien, yang dialamnya tersirat proses berpikir yang sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah  - langkah dalam proses manajemen kebidanan.
Menurut Helen Varney, alur berpikir saat menghadapi klien meliputi 7 langkah.Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
S = Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
O =  Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
A = Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data subyaktif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
Diagnosa/masalah.
Antisipasi diagnosa/masalah potensial.
  Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/ kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
P = Plan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan Evaluasi perencanaan (E) berdasarkan assesmen sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.
Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :
a)      Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan informasi yang sistematis yang mengorganisi penemuan dan konklusi anda menjadi suatu rencana.
b)      Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan ( Varney, 2000 ).







BAB III
TINJAUAN KASUS           
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “P”
DENGAN POST PARTUM NORMAL HARI PERTAMA
DI RUANG NIFAS RSUD PATUT PATUH PATJU GERUNG
TANGGAL 08 FEBRUARI 2012

Tanggal Pengkajian : 08 Februari 2012
Pukul                        : 16.00
I.        PENGKAJIAN DATA
A.      Data Subyektif
1.   Identitas
 Biodata
Istri
Suami
Nama
Ny. P
Tn. A
Umur
18 tahun
22 tahun
Agama
Islam
Islam
Suku
Sasak / indonesia
Sasak / indonesia
Pendidikan
SMP
SMA
Pekerjaan
IRT
Buruh
Alamat
Dusun Enjak
Tanggal masuk R. nifas : 08 Februari  2012 pukul 15.00
2.   Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya mules
3.   Riwayat perjalanan penyakit
Ibu mengatakan melahirkan anak pertama tanggal 8-Februari-2012 pukul 12.40 Wita dengan persalinan normal dan sekarang mengeluh perutnya terasa mules.
4.   Riwayat Kebidanan
a.        Riwayat menstuasi
1)      Menarche                  : 13 tahun
2)      Siklus                                    : 28 hari
3)      Lama                         : 6-7 hari
4)      Jumlah                                   : 2-3 kali ganti pembalut sehari
5)      Flour albus                : Kadang-kadang
6)      Dismenoria                : kadang -kadang
b.       Riwayat  kehamilan sekarang
1)      Hamil ke                    : Pertama
2)      HPHT                                    : 26-06-2011    HTP : 2-02-2012
3)      Umur kehamilan        : 9 bulan
4)      ANC                          : >4 kali di Puskesmas
5)      Tanda bahaya/penyulit: Tidak ada
6)  Imunisasi TT               : TT1 (27-09-2011), TT2(27-10-2011)
7)      Riwayat KB              : tidak ada
8)      Rencana KB              : KB suntik 3 bulan
c.        Riwayat kehamilan, persalinan, nifas.
Kehamilan no
Perkawinan no
UK
jenis Persa
linan
Tempat
Peno
Long
Penyulit
BB

JK
Umur
KB
Purperium
Ket
1


1



-



-
-
-
-
-
-
-
-
-
-



d.       Riwayat persalinan
1)      Riwayat pesalinan Ibu
Tempat                                      : R. BERSALIN RSUD TRIPAT  GERUNG
Hari / tanggal persalinan          : Rabu, 08 Februari 2012
Jam                                          : 12.40 wita
Penolong persalinan                 : Bidan
Jenis persalinan                        : Normal
Penyulit / Komplikasi              : Tidak ada
2)      Riwayat kelahiran bayi
Jenis kelamin                           : Perempuan
Berat Badan                            : 3.500 gram
Panjang Badan                        : 46 cm
Lingkar kepala                         : 32 cm
Lingkar dada                           : 31 cm
Lingkar lengan                         : 10 cm
Anus                                        : +
Kelainan Kongenital                : -
5.    Riwayat kesehatan yang diderita dahulu dan sekarang
a.    Penyakit Kardioraskuler              : Tidak ada
b.    Penyakit Hipertensi                      : Tidak ada
c.    Penyakit Diabetes                                    : Tidak ada
d.   Malaria                                         : Tidak ada
e.    Penyakit Kelamin HIV/AIDS.    : Belum pernah periksa
f.     Penyakit Hepatitis                        :Belum pernah periksa
g.    Penyakit Campak                         : Tidak ada
h.    Penyalit Tuberkolosis                   : Tidak ada
i.      Penyakit Asma                             : Tidak ada
j.      Riwayat Kembar                          : Tidak ada
k.    Lain-lain                                       : Tidak ada



6.    Riwayat psikososial spiritual
a.    Riwayat perkawinan
Umur pertama kali menikah         : istri 17 tahun, suami 21 tahun.
Lama                                            : ± 1 tahun.
Berapa kali menikah                     : 1x menikah.
b.    Komunikasi
Nonverbal                                    : lancar
Verbal                                           : bahasa Indonesia dan bahasa sasak.
c.    Keadaan emosional                      : Stabil.
d.   Hubungan dengan keluarga         : akrab
e.    Hubungan dengan orang lain       : akrab
f.     Ibadah/ spiritual                           : Taat
g.      Res keluarga terhadap kelahiran : Suami dan keluarga senang dengan   kelahiran ini.
h.      Dukungan keluarga                     :keluarga sangat mendukung terutama menemani ibu saat melahirkan.
i.        Pengambil keputusan dalam keluarga : suami sebagai kepala keluarga.
7.           Beban kerja dan kegiatan sehari-hari: ibu melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, menyapu dan mencuci.
8.      Kegiatan Sehari-hari
a.      Nutrisi
Makan                 : ibu sudah makan setelah melahirkan sebanyak 2x
Komposisinya      : Nasi, sayur, tahu, tempe.
Porsi                    : ½ piring
Minum                 : ibu sudah minum air setelah melahirkan sebanyak 5 gelas
Komposisinya      : 1 gelas air putih
b.     Eliminasi
BAB                    : ibu belum BAB setelah melahirkan
BAK                    : ibu sudah BAK setelah melahirkan sebanyak 2x
Keluhan               : Tidak ada
c.      Personal hygiene
 Mandi                  : ibu belum mandi setelah melahirkan
 Gosok gigi           : ibu belum menggosok gigi setelah melahirkan
 Ganti pakaian      : ibu sudah ganti baju setelah melahirkan
 Pembalut             : 1x ganti pembalut
d.     Pola istirahat
Istirahat               : ibu istirahat setelah melahirkan ± 30 menit
B.       Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a.    Keadaan umum                : baik
b.    Kesadaran                        : composmentis.
c.    Berat badan                      : 60 kg
d.   Tinggi badan                    : 160 cm
e.    Tanda-tanda vital
Tekanan darah                  : 110/70 mmHg.
Nadi                                 : 80x/menit.
Suhu                                 : 36,5 ÂșC.
Pernapasan                       : 20x/menit.
f.      Pemeriksaan fisik
Kepala                          : tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
Rambut                         : bersih, hitam, tidak ada ketombe, distribusi merata.
Wajah                            : tidak ada oedema, tidak pucat, ada cloasma gravidarum.
Mata                              : konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus.
Hidung                          : tidak ada polip, tidak ada sekret, bersih.
Telinga                          : bersih, tidak ada pengeluaran sekret.
Mulut dan gigi              : bersih, tidak pucat, gigi tidak caries.
Lidah                            : bersih.
g.     Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis, dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe
h.    Payudara
Inspeksi               : Payudara simetris, putting susu menonjol, tidak           ada tanda infeksi, retraksi/dimpling tidak ada.
Palpasi                   : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada  nyeri tekan, tidak ada benjolan atau masa, pengeluaran ASI ada.
i.       Abdomen
Inspeksi                     :    Tidak ada bekas luka operasi, linea nigra,striae lipid.
   Palpasi                        :    TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, massa lain tidak ada
j.      Genitourinaria               :    Kandung kemih kosong
k.     Vulva/ vagina               :    Bersih, tidak oedema, tidak ada varises, lochea rubra, jumlah ± 20cc, bau amis (khas lochea).
Perineum                       :    ada luka bekas jahitan, tidak ada infeksi.
l.      Ekstremitas atas dan bawah
Atas          : tidak oedema, kuku tidak pucat
Bawah      : tidak oedem, tidak ada varises, kuku tidak pucat.
Refleks patella kiri/ kanan  : (+/+)
Bentuk kaki kiri/ kanan      : normal
m.  Pemeriksaan Penunjang:
Urin lengkap            : (-)
Urin                         : (-)
HBSaG                    : (-)
Golongan darah       : A
II.     INTERPRETASI DATA DASAR
·          Diagnosa : P1A0H1 nifas normal hari pertama.
Dasar
­    Data subyektif :
a)        Ibu mengatakan melahirkan yang pertama
b)       Ibu mengatakan melahirkan normal tanggal 08 Februari 2012 jam 12.40 WITA di ruang bersalin RSU Gerung.
c)        Ibu mengatakan masih merasakan  perutnya masih mules
­    Data obyektif :
a)        TTV : tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5 ÂșC, nadi 80 x/ menit, respirasi 20 x/ menit.
b)       Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema
c)        Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong.
d)       Genetalia : tidak ada oedema, tidak ada varises, ada luka jahitan, perdarahan ± 20 cc, lochea rubra, konsistensi cair, bau khas lochea.
·          Masalah          : Gangguan ketidaknyaman
Dasar            : Ibu mengatakan perutnya masih mules.
·          Kebutuhan     : Jelaskan pada ibu fisiologis masa nifas
III.  IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL
Tidak ada 
IV.  MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA DAN ANTISIPASI PENANGANANNYA
Mandiri      : tidak ada
Kolaborasi  : tidak ada
Rujukan      : tidak ada
V.     RENCANA ASUHAN MENYELURUH
1.        Beritahu Ibu hasil pemeriksaan
2.        Jelaskan hal yang dirasakannya normal
3.        Anjurkan ibu untuk istirahat pada saat bayi tidur
4.        Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri
5.        Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
6.        Anjurkan ibu minum obat sesuai dosis
7.        Anjurkan ibu untuk perawatan payudara

VI.  PELAKSANAAN
Tanggal : 08 Februari 2012              Jam : 17.00 Wita
1.        Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum baik, TD: 110/70 mmHg, N: 86 x/menit, S: 36,50 C, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan ± 20 cc, tidak ada kelainan pada pemerikasaan fisik.
2.        Menjelaskan kepada ibu tentang ketidaknyamanan yang di rasakan  ibu yakni rasa mules adalah hal yang fisiologis/normal pada ibu bartu bersalin/nifas. Hal itu di sebabkan oleh karena rahim/alat kandungan berkontraksi untuk mengembalikan bentuk rahim ke bentuk semula seperti sebelum hamil
3.        Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, terutama pada saat bayi tidur
4.        Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan mandi 2 kali sehari , menggosok gigi 2 kali sehari, mengganti pembalut minimal 2 kali atau bila penuh dan atau saat ibu merasa sudah tidak nyaman
5.        Menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin atau paling tidak setiap 2 jam sekali dan Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu lengan ibu menompang kepala, leher dan seluruh tubuh bayi (kepala dan tubuh berada dalam satu garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu dan perut bayi menempel pada perut ibu, serta pada saat bayi menghisap puting susu masuk ke mulut bayi.
6.        Menganjurkan ibu minum obat sesuai dosis yaitu Amoxilin 3x1, Sf 2x1, Asam mefenamat 3x1
7.        Mengajarkan ibu cara perawatan payudara
Alat dan bahan :
·         2 buah handuk
·         2 buah baskom kecil
·         Minyak kelapa dalam tempatnya atau baby oil
·         Kapas
·         Air hangat dan air dingin dalam tempatnya
Cara perawatan payudara :
·         Ibu duduk tegak
·         Pakaian atas dibuka
·         Handuk diletakkan dibawah payudara dan di atas punggung ibu
·         Kompres puting susu dengan kapas minyak kelapa selama 5 menit
·         Setelah 5 menit angkat kapas lalu bersihkan putting susu
·         Melincinkan kedua telapak tangan dengan minyak
·         Payudara kiri disokong dengan tangan kiri, kemudian 3 jari buat tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Gerakan yang sama dilakukan pada payudara kanan.
·         Payudara disokong dengan satu tangan dan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu.
·         Kedua payudara dikompres dengan waslap hangat selama 2 menit, lalu diganti dengan waslap dingin selama 1 menit, pengompresan dilakukan secara bergantian selama 3 kali berturut-turut dan akhiri dengan kompres air hangat.
·         Mengeringkan payudara dengan handuk
·         Membantu ibu menggunakan bra/BH
·         Semua alat dibereskan, alat-alat yang telah digunakan dicuci
·         Mencuci tangan dengan sabun di kran atau air mengalir setelah melakukan tindakan dan keringkan.
8.        Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu lengan ibu menompang kepala, leher dan seluruh tubuh bayi (kepala dan tubuh berada dalam satu garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu dan perut bayi menempel pada perut ibu, serta pada saat bayi menghisap puting susu masuk ke mulut bayi.


VII.          EVALUASI
Tanggal : 08 Februari 2012             Pukul : 17.30 Wita
1.      Ibu mengetahui keadaan dirinya
2.      Ibu mengerti ketidaknyamanan yang dialaminya
3.      Ibu berjanji akan istirahat yang cukup
4.      Ibu berjanji akan menjaga kebersihan dirinya
5.      Ibu berjanji akan menyusui bayinya seserig mungkin
6.      Ibu berjanji akan minum obat sesuai dosis yang diberikan
7.      Ibu mengerti tentang perawatan payudara dan berjanji akan melakukannya
Tanggal           : 09 Januari 2012
       Jam                  : 09.00 WITA
       Tempat            : Ruang Nifas RSUD Patut Patuh Patju Gerung

( S ) SUBJEKTIF
1.      Ibu mengatakan dirinya dalam keadaan sehat.
2.      Ibu mengatakan telah sering berjalan – jalan, dan tidak ada kesulitan
3.      Ibu mengatakan tidak ada mengalami kesulitan saat BAK dan BAB.
4.      Ibu mengatakan makan 3 kali sehari, dengan komposisi: nasi, sayur, lauk-pauk.
5.      Ibu mengatakan sudah minum obat serta multivitamin sesuai dosis yang dianjurkan.
6.      Ibu mengatakan sudah tidak merasakan nyeri pada luka jahitannya lagi.
7.      Ibu mengatakan tetap memberi ASI pada bayinya.
8.      Ibu mengatakan mendapat istirahat yang cukup.
9.      Ibu mengatakan tidak mengalami tanda-tanda bahaya sejak pemeriksaan terakhir sampai saat ini.

( O ) OBJEKTIF
1.      Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital : Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi : 84/menit, Suhu : 36,5 ÂșC, Respirasi : 20 x/menit.
2.      Pemeriksaan fisik :
a)      Mata
Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus

b)      Payudara
Bersih, puting susu menonjol, tidak ada bendungan ASI dan tidak ada lecet pada puting susu, pengeluaran ASI (+/+)
c)         Abdomen
TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong.
d)        Genetalia
            Lochea rubra, warna merah segar, bau tidak amis, konsistensi cair,ada luka bekas jahitan, jumlah ± 10 cc.
e)         Ekstremitas
Ekstremitas atas dan bawah normal, ekstremitas bawah: tidak ada oedema, tidak ada varices, kuku tidak pucat, tidak ada tanda homan, tidak ada kemerahan, refleks patella +/+.

( A ) ASSESMENT
Diagnosa            : Ibu nifas normal hari ke 2

 ( P ) PLANNING
1.        Memberikan penjelasan pada ibu tentang keadaan ibu dan hasil pemeriksaan yang didapatkan yaitu ibu dalam keadaan normal, serta tidak tanda bahaya/kelainan.
2.        Mengingatkan kembali ibu mengenai ASI eksklusif dan kapan jadwal pemberian makanan tambahan, yaitu setelah bayi ibu berumur 6 bulan baru boleh diberikan makanan tambahan.
3.        Mengingatkan kembali tentang pemenuhan nutrisi ibu masa nifas.
4.        Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu dengan cara jalan-jalan, tujuannya agar kondisi itu cepat pulih dan membantu terjadinya involusio (pemulihan)
5.        Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygienenya terutama di daerah genetalia dengan cara selalu mengganti pakaian dalam setiap hari atau tiap kali basah, dan cara mencucinya dari arah depan ke belakang sampai bersih dengan menggunakan sabun, tujuannya agar tidak terjadi infeksi
6.        Memberitahu pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas seperti perdarahan pervaginam, darah berbau busuk, perut terasa lembek, mual muntah, payudara terasa bengkak atau sakit pada saat menyusui, nafsu makan berkurang, demam tinggi, sakit kepala hebat, penglihatan kabur, pusing berlebihan, tidak bisa BAK dan  BAB lebih dari 3 hari.
7.        Memberi tahu ibu tentang tanda bahaya bayi yaitu:
a.         Adanya riwayat kejang
b.         Tremor disertai kesadaran menurun
c.         Tangisan melengking
d.        Gerakan yang tidak terkendali
e.         Gerakan bola mata yang berputar-putar
f.          Kaku seluruh tubuh
8.        Menganjurkan ibu untuk tetap minum obat yang diberikan sesuai dosis sampai habis.
9.        Mengingatkan ibu jadwal kunjungan ulang
10.    Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk dikunjungi lagi.













BAB IV
PEMBAHASAN
Dari tinjauan kasus, didapatkan bahwa perubahan masa nifas yang terjadi pada Ny “P” berjalan dengan normal. Baik perubahan anatomi fisiologi maupun perubahan psikis ibu. Perubahan anatomi fisiologis meliputi proses involusi uteri, laktasi maupun pengeluarannya. Proses involusi uteri yaitu pada hari pertama postpartum TFUnya  sepusat dan pada hari kedua dan ke dua dan ketiga  menurun mencapai 1 jari bawah pusat, kontraksi uterusnya baik, hal ini disebabkan karena ibu selalu mengosongkan kandung kemih atau BAKnya lancar dan mobilisasi ibu bagus. Proses laktasinya juga berjalan normal, produksi ASI lancar, bayi selalu disusui dan daya hisap bayi kuat. Pengeluaran berupa lochea rubra, tidak berbau busuk, luka jahitan masih basah dan tidak terdapat tanda – tanda infeksi. Sedangkan perubahan psikis ibu juga berjalan normal. Ibu merasa senang dan bahagia dengan kelahiran bayinya, meskipun pada hari pertama ibu masih pasif terhadap keadaan dirinya dan bayinya, hal ini disebabkan karena ibu masih merasa lelah akibat proses persalinannya. Sedangkan pada hari kedua dan seterusnya sampai hari ke empat ibu sudah mulai aktif dalam merawat bayinya, selalu menyusui bayi dan ikut memandikan bayinya.
Dari pengkajian data yang diperoleh baik dari data subjektif maupun data objektif dapat dilakukan interpretasi data dasar, yaitu ditemukan masalah yang dialami oleh Ny “P” yaitu masalah ketidaknyamanan. Di mana masalah ketidaknyamanan yang dialami oleh Ny “P” adalah hal yang normal yang terjadi seperti biasanya sesuai dengan proses masa nifas.
Masalah ketidaknyamanan pada ibu nifas Ny “P” memiliki dasar yaitu dari keluhan ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan nyeri pada bekas luka operasi. Dari masalah tersebut maka diidentifikasi kebutuhan ibu yaitu konseling tentang fisiologis masa nifas, dan perawatan luka oAperasi
Dalam pelaksanaan asuhannya kami berikan KIE lengkap yang terdiri dari cara menyusui yang benar, ASI Eksklusif pada bayinya, mobilisasi dini, eliminasi personal hygiene,  nutrisi ibu menyusui, cara merawat tali pusat dan menjaga kehangatan bayinya , tanda-tanda bahaya pada ibu nifas dan bayi dan perawatan luka bekas operasi
Berdasarkan kasus yang kami angkat didapatkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Pengkajian data di lahan telah dilakukan sesuai dengan pengkajian data diteori, begitu juga dengan asuhan yang kami berikan, sesuai dengan diagnosa, masalah dan kebutuhan pasien serta hasil evaluasinyapun sesuai dengan rencana asuhan yang diberikan.








BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
-     Adapun tujuan asuhan maa nifas untuk tercapainya post partum normal dan untuk deteksi awal adanya komplikasi pada ibu nifas.
-     Dalam mengkaji kesehatan ibu  nifas dilakukan melalui 7 langkah varney, yaitu: pengumpulan data,interpretasi data daar, identifikasi diagnosa masalah potensial, menetapkan kebutuhan tentang tindakan segara, rencana asuhan menyeluruh, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
B.     Saran
-          Untuk lahan praktek, agar dapat memberikan dan meningkatkan pelayanan yang komperhensif
-          Bagi para bidan, agar dapat memberikan asuhan nifas pada ibu nifas sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya
-          Untuk pendidikan, agar memberikan format pengkajian yang lebih bagus dan sama dengan institusi yang lain supaya seragam
-     Bagi mahasiswa, diharapkan dalam melakukan observasi masa nifas dan dipantau secara seksama keadaan TTV, TFU, kontaksi uterus dan jumlah perdarahan.