ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK USIA 5 TAHUN
DENGAN LIMFADENINTIS TUBERKULOSIS
PENGERTIAN
Tuberkolosis
yang terjadi pada kelenjar superfisial yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah
terjadi infeksi sebagai akibat penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya
multipel.
PATOGENESIS
|
|
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
|
|
|
|
||||||||||||
|
|||||||||||||
|
|
A.
5%
TB kelenjar
superfisial:
§
Akibat penyebaran limfogen dan hematogen.
§
Dapat sembuh sendiri, dapat progresif.
§
Dapat merupakan bagian dari TV milier.
§
Biasanya multipel.
§
Lokasi: leher, axilla, inguinal, supra clavikuler, sub
mandibula.
§
Abses.
Pembesaran
kelenjar terjadi karena adanya hiperplasia limfoid dan terbentuknya tuberkel,
kemudian terjadi granulasi kronis, di kelenjar terjadi nekrosis dan
perkejuan. Kelenjar dapat membesar dan
melekat satu dengan yang lainnya serta melekat dengan jaringan sekitarnya,
kemudian terjadi perkejuan selanjutnya terbentuk abses. Pada penyembuhan dapat terjadi perkapuran.
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
1.
Identitas klien: selain nama
klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
2.
Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3.
Riwayat penyakit sekarang:
Tanda
dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar
seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4.
Riwayat penyakit dahulu:
* Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan
bisul pada leher serta tempat kelenjar
yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
*
Pernah berobat tapi tidak sembuh?
*
Pernah berobat tapi tidak teratur?
*
Riwayat kontak dengan penderita TBC.
*
Daya tahan yang menurun.
*
Riwayat imunisasi/vaksinasi.
*
Riwayat pengobatan.
5.
* Riwayat
sosial ekonomi dan lingkungan.
*
Riwayat keluarga.
*
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
*
Aspek psikososial.
*
Merasa dikucilkan.
*
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
*
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
*
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.
*
Tidak bersemangat dan putus harapan.
Lingkungan:
*
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang
padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
6.
Pola fungsi kesehatan.
1)
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan
umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.
2)
Pola nutrisi -
metabolik.
Anoreksia,
mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan
kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
3)
Pola eliminasi
Perubahan
karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4)
Pola aktifitas – latihan
Sesak
nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5)
Pola tidur dan istirahat
Iritable,
sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
6)
Pola kognitif – perseptual
Kadang
terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah
finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
7)
Pola persepsi diri
Anak
tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
8)
Pola peran – hubungan
Anak
menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.
9)
Pola seksualitas/reproduktif
Anak
biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
10) Pola koping – toleransi stres
Menarik
diri, pasif.
PEMERIKSAAN
FISIK
1.
¨
Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC) hilang timbul.
¨
Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk
ini membuang/ mengeluarkan produksi
radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
¨
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi
radang sampai setengah paru.
¨
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura.
¨
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
¨
Pada tahap dini sulit diketahui.
¨
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
¨
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara limforik.
¨
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
¨
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
2.
Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
3.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),
axilla, inguinal dan sub mandibula.
4.
Kadang terjadi abses.
(1) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN
1.
Uji tuberkulin
Infeksi
TB ® imunitas
seluler ®
hipersensitifitas tipe lambat ® uji tuberkulin +.
2.
Foto rontgent
Rutin:
foto pada Rö paru.
Atas
indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent
paru tidak selalu khas.
3.
Gambaran klinis:
¨
Tanpa gejala.
¨
Gejala umum/tidak spesifik.
-
Demam
lama.
-
BB
turun/tidak naik.
-
Malnutrisi.
-
Malaise.
-
Batuk
lama.
-
Diare
berlanjut/berulang.
¨
Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar:
kelenjar membesar skrofulodivina.
Respiratorik:
batuk, sesak, mengi.
Neurologik:
kejang, kaku kuduk.
Ortopedik:
pincang, gibbus.
GI:
diare berlanjut.
4.
Pemeriksaan mikrobiologis
- Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan
diagnosa TB.
Hasil +:
10 – 62% dengan cara lama.
Cara
: cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
5.
Pemeriksaan darah tepi
Tidak
khas.
LED
dapat meninggi.
6.
Pemeriksaan patologik anatomik
Kelenjar,
hepar, pleura; atas indikasi.
7.
Sumber infeksi
Adanya
kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
8.
Lain-lain
-
Uji
faal paru.
-
Bronkoskopi.
-
Bronkografi.
-
Serologi.
-
dll.
PENATALAKSANAAN
DAN PENGOBATAN
Penatalaksanaan
Ø Penyuluhan
Ø Pencegahan
Ø Pemberian
obat-obatan
- OAT ( oabat anti tuberkulosa )
- Bronchodilator
- Expectoran
- OBH
- Vitamin
- Antibiotik
Ø Operasi untuk
mengeluarkan kelenjar yang membesar.
TAHAP
TUMBUH KEMBANG ANAK
À
Menurut Soetjiningsih:
Masa
pra sekolah usia 1-6 tahun.
À
Menurut Donna L. Wong:
Masa
anak-anak awal 1-6 tahun.
Pra
sekolah: 3-6 tahun.
Tahap
pertumbuhan cepat:
Pertumbuhan
cepat pada masa pra-adolesen. Terdapat
pertumbuhan fisik/jasmani yang sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat
besar, BB naik dengan pesat serta panjang badan (PB) juga bertambah dengan
cepat, anak makan dengan banyak serta aktifitas bertambah. Pertumbuhan tampaknya mengikuti satu irama
tertentu dan berlangsung secara bergantian.
Tahap
pertumbuhan otak
¨
Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986).
Tahap
perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Suatu
proses pertambahan pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yang
menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kesenangan secara umum
termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa.
¨
Fase oedipal/falik (3-5 tahun)
-
Mulai
melakukan rangsangan autoerotik.
-
Bermain
dengan anak berjenis kelamin berbeda.
-
Aanak
pasca oedipal berkelompok dengan sejenis.
Oedipus komplek: anak lelaki dekat ibunya karena perasaan
cinta/tertarik.
Elektra komplek :
anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/ tertarik.
¨
Fase laten (5 – 12 tahun)
-
Masuk
ke permulaan fase pubertas.
-
Periode
terintegrasi.
-
Fase
tenang.
-
Dorong
libido mereda sementara.
-
Erotik
zona berkurang.
-
Anak
tertarik dengan per group (kelompok sebaya).
Tahap
perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik Erickson:
Dibagi
8 tahap perkembangan mulai dari lahir sampai usia tua:
-
Tahap
ke-3; krisis perkembangan : initiative vs guilt (inisiatif vs perasaan
bersalah; nama tahap: pre school/usia pra sekolah.
-
4
– 6 tahun:
Kepercayaan
yang diperoleh anak tidak diartikan bahwa ia diperbolehkan memiliki inisiatif
dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara aktif seperti bagaimana
dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak dapat memperluas aktifitasnya, jika
anak dilarang dan diomeli/dicela untuk usaha itu yang mencari pengalaman baru,
anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu
percobaan yang menantang, keterampilan motorik dan bahasanya.
DIAGNOSA
PERAWATAN
Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Ø
Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis
Ø
Kerusakan membran alveolar kapiler
Ø
Sekret yang kental
Ø
Edema bronchial
Resiko infeksi dan
penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Ø
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret
yang menetap
Ø
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
Ø
Malnutrisi
Ø
Terkontaminasi oleh lingkungan
Ø
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
Kurangnya
pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, berhubungan
dengan :
Ø
Tidak ada yang menerangkan
Ø
Interpretasi yang salah, tidak akurat
Ø
Informasi yang didapat tidak lengkap
Ø
Terbatasnya pengetahuan / kognitif
Perubahan kebutuhan
nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Ø
Kelelahan
Ø
Batuk yang sering, adanya produksi sputum
Ø
Dyspnoe
Ø
Anoreksia
Ø
Penurunan kemampuan finansial (keluarga).
INTERVENSI
KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Dx. I.
Independen
Kaji dyspnoe,
takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi, keterbatasan
ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat
menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari
bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion dan
meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
Evaluasi
perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit,
selaput mukosa dan warna kuku.
Akumulasi
sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
Demontrasikan/anjurkan
untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan, terutama pada klien dengan
fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya resistensi
aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas dan mengurangi
residu dari paru-paru
Anjurkan
untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Mengurangi
konsumsi oksigen pada periode respirasi
Kolaborasi
Monitor BGA
Menurunnya oksigen ( PaO2 ), saturasi atau
meningkatnya PaCo2 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau
perubahan therapi.
Memberikan oksigen tambahan
Membantu mengoreksi hipoksemia yang secara
sekunder mengurangi ventilasi dan menurunnya tegangan paru.
Dx. II.
Independen
Review
patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui bronkhus
pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan
potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
Membantu klien agar
klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang diberikan untuk mencegah
komplikasi.
Mengidentifikasi
orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti anggota keluarga,
teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada
mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan terapi pencegahan.
Anjurkan
klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan
ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
Gunakan
masker setap melakukan tindakan
Untuk
mengurangi resiko penyebaran infeksi
Monitor
temperatur
Febris
merupakan indikasi terjadinya infeksi.
Ditekankan
untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat
terjadi hanya 2 – 3 hari setelah permulaan kemoterapi tetapi dalam keadaan
sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai tiga bulan.
Kolaborasi
Pemberian
terapi untuk anak
INH,
Etambutol, Rifampisin
INH adalah obat pilihan
bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan
jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan etambutol untuk 2 bulan
pertama.
Pyrazinamid (
PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine, Streptomysin
Obat-obat sekunder
diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
Monitor
sputum BTA
Klien dengan 3 kali
pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas waktu yang ditentukan.
Dx. III.
Independen
Kaji
kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan,
tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa
banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan belajar
berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada
sebatasmana kemampuan klien.
Mengidentifikasi
tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya : hemoptisis, nyeri
dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan
perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang membutuhkan
evaluasi secepatnya.
Menekankan
pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan
metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang memadai membantu
mengencerkan dahak.
Berikan
informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga misalnya
: jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat
mengingatkan klien tentang informasi yang telah diberikan. Pengulangan
informasi dapat membantu mengingatkan klien.
Menjelaskan
dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya therapi dalam
jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial interaksi antara obat
yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi
klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan mencegah terjadinya putus
obat.
Jelaskan
tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya : mulut
kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan
darah.
Dapat mencegah keraguan
terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan klien untuk menjalani terapi.
Merujuk
pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi etambutol.
Efek samping utama
etambutol adalah menurunkan ketajaman
penglihatan dan juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan warna hijau.
Memberikan
dorongan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan/keprihatinannya serta memberikan
jawaban yang jujur atas pertayaannya. Jangan berusaha menyangkal pernyataanya.
Memberikan kesempatan
untuk mengubah pandangannya yang salah dan meredakan kecemasannya. Penyangkalan
terhadap perasaannya akan memperburuk mekanisme koping yang merugikan
kesehatannya.
Review
tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara yang
mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya
mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup
dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali. Komplikasi yang berhubungan
dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB meliputi : formasi abses, empisema,
pneumothorak, fibrosis, efusi pleura, empyema, bronkhiektasis, hemoptisis,
ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring, dan penularan kuman.
Dx. IV.
Independen
Kaji dan
komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1. Catat turgor
kulit
2. Timbang berat
badan
3. Integritas mukosa
mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising usus, riwayat
nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk
mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
Mengkaji pola
diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu intervensi
kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
Meonitor
intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan
nutrisi dan cairan.
Catat adanya
anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi.
Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis
diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
Anjurkan
bedrest
Membantu menghemat
energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.
Lakukan
perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
Mengurangi rasa yang
tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan untuk pengobatan yang
dapat merangsang vomiting.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC.
Jakarta.
Doengoes,
ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC.
Jakarta.
IDAI dan PP IDAI UKK Pulmonologi. 2000. Tatalaksana
Mutakhir Penyakit Respiratorik Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi
Anak-Anak. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu
Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15.
EGC. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan
Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Soeparman. 1999. Ilmu
Penyakit Dalam; Jilid I. FKUI. Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak
FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.
Jakarta.
……..
2000. Diktat Kuliah Medikal
Bedah PSIK FK Unair Surabaya.
FORMAT PENGKAJIAN ASKEP ANAK
I. IDENTITAS KLIEN:
Nama
: An. M.F
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Tempat/Tgl.
Lahir : Krian, 28-5-1996
Umur
: 5 tahun
Anak
Ke : 2
Nama
Ayah : Tn. S
Nama
Ibu : Ny. A
Pendidikan
Ayah: SLTA
Pendidikan
Ibu :
SLTA
Agama
: Islam.
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Alamat
: Jl. Sidoarjo 4/5 Krian, Sidoarjo
Tanggal
MRS :
09 Juni 2001 jam 19.15 wib
Diagnosa Medis : Limfadenitis TB + S.
Meningoencephalitis TB.
Sumber Informasi: Orangtua, rekam medik, pengkajian
II. Riwayat Keperawatan
1.
Riwayat Keperawatan Sekarang:
1.1
Keluhan Utama: panas, kejang, mata tidak mau menutup dan
keme-rahan.
1.2 Lama Keluhan: sejak 1 bulan yang lalu.
1.3 Akibat timbulnya keluhan:
Kesadaran klien menurun, mata terbuka dan kemerahan, kejang, tangan dan
kaki drop/kaku.
1.4 Faktor yang memperberat: panas yang tinggi/demam.
1.5 Upaya untuk mengatasi:
Memberikan kompres hangat dan memberikan puyer
pamol untuk menurunkan panas.
1.6 Lainnya:
klien mendapat perawatan dari bagian mata dan fisioterapi serta telah
dikonsulkan dengan bagian gizi.
2. Riwayat
Keperawtan Sebelumnya (Post History)
2.1 a. Pre natal
:
ibu
tidak pernah sakit, kontrol rutin puskesmas dan dapat vitamin. Kebiasaan minum jamu sinom sampai dengan
kehamilan 8 bulan.
b. Natal:
Kehamilan
9 bulan aterm, BBLR 3 kg. Lahir spontan,
langsung menangis. Obat-obatan yang
diberikan tidak ada, hanya suplemen vitamin dari puskesmas/bidan.
c. Post natal:
Asi
diberikan sampai dengan usia 1,5 tahun.
Diasuh oleh ibu kandung dibantu oleh anggota keluarga yang lain (ayah,
kakek dan nenek). Klien pernah menderita
sakit panas ketika berumur 1,5 tahun tapi tidak sampai MRS.
2.2 Luka/Operasi: tidak ada.
2.3 Alergi: tidak
ada.
2.4 Pola kebiasaan:
2.5 Tumbang:
Mengangkat
kepala, merangkak umur 10 bulan, bicara umur 1 tahun.
2.6 Imunisasi
Lengkap:
-
BCG
-
DPT
I, II, III, booster?
-
Polio
I, II, III, IV, booster?
-
Campak
-
Hepatitis
B
2.7 Status Gizi
-
ASI
diberikan sampai umur 1,5 tahun.
-
Pisang
diberikan mulai umur 2 bulan.
-
Bubur
diberikan mulai umur 7 bulan.
-
BB=
17 kg, sebelum sakit. Saat pengkajian
BB= 12,5 kg.
2.8 Psikososial
Masa bayi (0-1 tahun): dirawat oleh ibu dibantu ayah dan
kakak kadang juga oleh kakek dan nenek, tetapi dengan ibunya, klien sulit dipisahkan. Klien menangis keras bila ibu lama
meninggalkannya.
Toddler (1-3 tahun):
Klien berpakaian, makan serta BAB masih dibantu oleh ibu, kadangkadang
oleh ayah dan kakak namun lebih sering dengan ibunya. Klien mulai belajar bicara sejak umur 1
tahun.
Anak Pre School (4-6 tahun):
klien juara menyanyi, prestasi belajarnya lumayan baik. Klien dekat dengan ibunya. Klien pendiam dan agak cengeng. Kesekolah diantar jemput.
2.9 Psikosexual: klien berada diantara fase oedipal/falik dan
fase laten.
2.10 Interaksi: menurut ibunya klien pendiam dan
cengeng. Klien sangat dekat dengan
ibunya dibandingkan dengan ayahnya.
3. Riwayat Kesehatan
Keluarga
3.1 Komposisi
keluarga: 4 orang (ayah, ibu, kakak dan
klien).
3.2 Lingkungan rumah
dan komunitas:
3.3 Pendidikan dan
pekerjaan anggota keluarga: SLTA dengan
pekerjaan swasta.
3.4 Kultur dan
kepercayaan: adat Jawa, kepercayaan yang
dianut adalah agama Islam.
3.5 Fungsi dan
hubungan keluarga: klien dirawat oleh ibu, menurut ibunya klien dekat dengan dirinya
dibandingkan dengan ayah dan kakaknya.
3.6 Perilaku yang
dapat mempengaruhi keseahatan: tidak terkaji.
3.7 Persepsi keluarga
tentang penyakit klien: keluarga
berharap keadaan klien cepat membaik/sembuh.
Keluarga menganggap penyakit yang menimpa anaknya sebagai suatu cobaan
yang harus dijalani.
4. Pola Fungsional
Kesehatan
4.1 Pola persepsi dan
mempertahankan kesehatan:
Klien
adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Ibu
klien mengatakan ia sudah biasa merawat anaknya yang dulu pernah sakit dileher
(servikal) terdapat benjolan sebesar kelengkeng yang dulu besar dan sekarang
sudah mengecil.
4.2 Pola latihan dan
aktifitas:
Kaki
dan tangan mengalami kekakuan, spasme pada ekstremitas atas dan bawah, mata
menonjol keluar dan tidak bisa ditutup serta meradang. Punggung melengkung ke arah depan
(lordosis). Tidak ada batuk, riak
banyak, ada ronkhi, RR= 36 x/mnt, nadi 128 x/mnt, reguler. Akral teraba hangat, refleks babinski +,
refleks cedhok +.
4.3 Pola nutrisi:
Ibu
klien bertanya mengapa kondisi fisik anaknya masih kurus, padahal ia terus
memberikan diit sesuai dengan yang diberikan oleh RS. Makan lewat sonde, diit TKTP 1250 kalori yang
terdiri dari modisco III 1x 100 cc, tim sonde 6x100 cc. Saat pengkajian BB 12,5 kg, TB 105 cm, LK 50
cm, LD 55,5 cm, LLA 10,5 cm, kulit kering, mukosa kering. Badan panas dengan suhu 38,8oC.
4.4 Pola eliminasi:
Dikatakan
klien lama tidak BAB, saat pengkajian klien BAB. Oleh perawat yang jaga malam klien di
lavament, BAK jarang, 2-3x/hari.
4.5 Pola tidur dan
istirahat:
Tidak
bisa dikaji karena kesadaran klien somnolen.
4.6 Pola kognitif dan
perseptual:
Klien
kadang kejang, reaksi terhadap nyeri +.
4.7 Pola persepsi
diri:
Tidak
bisa dikaji. Ibu klien tampak sabar dan
telaten dalam merawat/ menjaga klien.
4.8 Pola peran –
hubungan:
Yang
merawat klien selama sakit adalah ibunya, yang secara telaten dan disiplin
serta sabar. Bila mau pergi untuk
membeli obat atau mandi ibunya selalu menitipkan kepada perawat atau tetangga
dan keluarga yang sedang membesuknya.
4.9 Pola
seksualitas/reproduktif:
Sejak
masih kecil klien sudah dekat dengan ibunya dibandingkan dengan ayah maupun
kakaknya. Organ seksual lengkap dan
dalam batas normal.
4.10 Pola mekanisme
koping dan stress:
Sebelumnya
klien pendiam dan agak cengeng. Saat
pengkajian kesadaran klien somnolen sehingga tidak bisa mengkaji.
4.11 Pola nilai dan
keyakinan
Keluarga
memeluk agama Islam. Ibu memasrahkan
anaknya kepada Tuhan YME dengan selalu berdoa dan mengerjakan shalat. Ibu klien yakin bahwa anaknya suatu saat
nanti dapat sembuh.
5. Pemeriksaan
Diagnostik
♪ Patologi anatomi (PA) tanggal 25 Juni 2001:
Kesimpulan:
nodul colli sinistra. FNA
Lymphadenitis tuberculosa.
♪ Pemeriksaan laboratorium tanggal 21 Juni
2001:
CRP positif 48 mg/L.
♪ Pemeriksaan laboratorium tangal 13 Juni 2001:
Hb = 9,4 g/dl
Eritrosit = 4,8 x 1 juta/UL
Leukosit = 13,7 x 109/L
♪ Pemeriksaan lumbal punksi tanggal 09 Juni
2001:
Liquor lengkap:
-
Warna
:
jernih
-
Kekeruhan
: -
Makroskopis:
-
Jumlah
sel: 3 /cm.
-
Jenis
sel:
Mononuklear
: 100%
Poli
nuklear : -
Uji kimiawi:
-
Nonne
Apelt : -
-
Pandy
: -
-
Kadar
gula :
35 mg/dl
-
Protein :
34 mg/dl
Terapi:
♠ Cotrimoxazole
2x400 mg
♠ Prednison 3x1 tab
♠ Streptomycin injeksi 1x400 mg/IM
♠ INH 1x200 mg
♠ Rifampisin 1x10 mg
♠ B6 1x150 mg
♠ Pamol puyer k/p
♠ Lavament 2x sehari
♠ Diit TKTP 1250 kal
♠ Modisco III 1x100 cc
♠ Tim sonde 6x100 cc
ANALISA DATA
Tgl.
|
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
09/7/
2001
|
S: Ibu klien mengatakan suhu tubuh
anaknya meningkat/ panas.
O:- Peningkatan suhu tubuh 38,8oC.
-
Leukosit
13,7x109/L
-
PA:
Lymfadenitis TB.
- Gizi buruk.
|
Peradangan pada paru &
jaringan otak
¯
Daya tahan tubuh menurun
& malnutri-si
¯
Kuman ikut aliran darah
& limfa, me-nyebar ke seluruh tubuh
¯
Komplikasi infeksi pada
organ lain
|
Resiko
infeksi & penyebaran infeksi
|
09/7/
2001
|
S: Ibu klien bertanya mengapa
kondisi anaknya tetap kurus & tidak sadar.
O:
- NGT terpasang.
-
Kesadaran
somnolen.
-
BB=
12,5 kg.
-
Kulit
kering.
|
Kesadaran klien me-nurun
(somnolen) sebagai akibat infek-si
¯
Intake kurang, pro-ses
absorbsi maka-nan lambat
¯
Peningkatan kebutu-han
kalori & kesuli-tan dalam mencerna kalori
|
Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan
|
09/7/
2001
|
S: Ibu mengeluh kaki & tangan
klien kaku.
O: -Kaki & tangan drop/kaku.
- Tulang belakang
melengkung ke muka.
- Spastik.
- Penurunan kesadaran:
somnolen.
- RR= 36x/mnt.
-
Nadi= 128x/mnt.
|
Gangguan motorik &
kelumpuhan bebera-pa nervus cranialis
¯
Kelumpuhan & ke-jang
serta kekakuan & kontraktur
|
Gangguan
mobilitas fisik
|
09/7/
2001
|
S: Ibu bertanya tentang kondisi
anaknya, pengobatan serta prognosisnya.
O: Ibu selalu bertanya.
|
Keadaan klien
¯
Keluarga (ibu & ayah)
¯
Interpretasi yang salah,
tidak akurat, informasi yang dida-pat tidak lengkap
|
Kurang
pengetahuan keluarga tentang kondisi klien, pengobatan, pro-sedur diagnostik
& prognosis
|
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien:
An. M.F No. Rekam Medik:
10053860 Hari Rawat yang ke-: 31
hari
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Rencana Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Resiko
infeksi & penye-baran infeksi berhubu-ngan dengan malnutrisi &
riwayat infeksi.
|
Penyebaran
infeksi yang lebih luas tidak ter-jadi.
Kriteria
Hasil:
- Tidak terjadi
demam.
- Tidak terjadi
kejang.
|
1.
Mengidentifikasi orang-orang yang
berisiko untuk terjadi infeksi (sau-dara klien).
2. Monitor suhu
tubuh klien, berikan kompres hangat.
3. Berikan diit sesuai
yang diberikan RS.
4. Berikan terapi
TB & lainnya sesuai program medik.
5. Observasi
tanda-tanda infeksi se-kunder & TTV.
|
1. Memberitahu untuk tidak terlalu
sering berinteraksi dengan klien.
2. Febris merupakan indikasi terjadi
infeksi.
3. Untuk memperbaiki status gizi
klien.
4. Untuk pengobatan &
pence-gahan komplikasi lebih lan-jut.
5. Agar dapat diketahui sedini
mungkin & dapat segera di tangani.
|
2.
|
Perubahan
nutrisi: ku-rang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
kalori & kesulitan dalam mencerna kalori.
|
Kebutuhan
nutrisi terpe-nuhi sesuai kondisi klien
Kriteria
Hasil:
-
Diit diberikan sesuai route pemberian.
-
Ibu dapat memberikan makanan tambahan tanpa bertentangan dengan
program pe-ngobatan
|
1. Kaji & komunikasikan status
nutrisi klien.
2. Berikan
diit sesuai dengan route.
3. Anjurkan keluarga untuk
menam-bahkan sesuai dengan selera klien serta indikasi/ tidak bertentangan
dengan terapi & kondisi klien.
4.
Monitor intake & output secara pe-riodik.
5.
Lakukan perawatan oral sebelum & sesudah terapi.
|
1. Untuk mendefinisikan tingkat
masalah & intervensi.
2. Untuk memenuhi intake nut-risi.
3. Memberikan tambahan inta-ke
nutrisi.
4. Mengukur keefektifan nutrisi
& cairan.
5. Untuk mengurangi rasa tidak
nyaman.
|
3.
|
Gangguan
mobilitas fi-sik berhubungan deng-an penurunan kekuatan otot, terjadi
kontraktur, efek tirah baring.
|
Mobilitas
fisik terpenuhi, komplikasi minimal dalam 1 bulan.
Kriteria
Hasil:
- Otot tangan & kaki lemas.
- Dekubitus tidak terjadi
|
1. Berikan posisi dalam kesejajaran
tubuh.
2. Ajarkan ibu untuk melakukan
latih-an gerak pada extremitas.
3. Ajarkan ibu dan keluarga untuk
tindakan kewaspadaan keamanan.
4. Fisioterapi oleh rehab medik
setiap hari.
|
1. Untuk mencegah komplikasi &
meminimalkannya apabila ada.
2. Untuk mencegah komplikasi
3. Mencegah trauma karena kondisi
klien yang tidak sa-dar.
4. Untuk memaksimalkan pen-cegahan
komplikasi.
|
4.
|
Kurang
pengetahuan keluarga tentang kon-disi klien, pengobatan, prosedur diagnostik
& prognosis
|
Keluarga
dapat menger-ti & memahami kondisi klien, pengobatan, pro-sedur
diagnostik & prog-nosis klien sehingga da-pat kooperatif dalam 24 jam.
Kriteria
Hasil:
-
Dapat mengulang penjelasan yang dibe-rikan.
-
Melakukan anjuran yang diberikan.
|
1. Kaji kemampuan belajar keluarga
(ibu).
2. Berikan informasi yang tepat
& je-las serta mudah untuk dimengerti.
3. Jelaskan kondisi klien,
pengobatan, prognosanya serta prosedur diag-nostik.
4. Dorong keluarga/ibu untuk
berta-nya & mengungkapkan kecema-sannya.
5. Jelaskan tentang efek samping
pe-ngobatan & manfaatnya bagi klien.
|
1. Kemampuan belajar berka-itan
dengan keadaan emosi & kesiapan fisik.
2. Agar tidak terjadi salah
inter-peretasi/pengertian.
3. Agar keluarga dapat mema-haminya.
4. Untuk mengubah pandang-annya yang
salah & mereda-kan kecemasannya.
5. Mencegah keraguan terha-dap
pengobatan & mening-katkan motivasi keluarga un-tuk terus mendukung klien
dalam menjalani terapi.
|
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Bidang Studi : Ilmu
Keperawatan Anak
Topik :
Pengobatan TB pada anak
Sub Topik :
Anjuran pemberian pengobatan secara intensif & tuntas serta benar
Sasaran :
Keluarga (ibu & ayah), klien
Tempat :
Hari/Tanggal :
Waktu :
1 x 20 menit
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir proses penyuluhan, ibu dan keluarga dapat mengetahui
pengobatan TB yang harus diberikan kepada anaknya selama sakit.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah
diberikan penyuluhan ibu dapat:
1. Menyebutkan tujuan pengobatan TB secara umum.
2.
Menyebutkan prinsip pengobatan TB pada anak.
3.
Menyebutkan alternatif pengobatan TB pada anak.
4.
Menyebutkan obat anti tuberkulosis (OAT) .
5.
Menyebutkan lama pemberian obat TB pada anak.
6.
Menyebutkan efek samping obat TB pada anak.
III. SASARAN
Ibu
dan keluarga serta klien, An. M.F yang dirawat di Ruang anak
IV. MATERI
1. Tujuan pengobatan TB secara umum.
2.
Prinsip pengobatan TB pada anak.
3.
Alternatif pengobatan TB pada anak.
4.
Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5.
Lama pemberian obat TB pada anak.
6.
Efek samping obat TB pada anak.
V.
METODE
-
Ceramah
-
Tanya
jawab
VI. MEDIA:
- Leaflet/brosur.
VII.KRITERIA EVALUASI
Kriteria proses:
1.
Ibu dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2.
Ibu dan keluarga konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
3.
Ibu dan keluarga mengaju kan pertanyaan & menjawab
pertanyaan secara benar.
Kriteria hasil:
1.
Ibu mengetahui tentang tujuan pengobatan TB pada anak.
2.
Ibu mengetahui tentang:
1) Tujuan pengobatan
TB secara umum.
2) Prinsip
pengobatan TB pada anak.
3) Alternatif
pengobatan TB pada anak.
4) Obat anti
tuberkulosis (OAT) .
5) Lama pemberian
obat TB pada anak.
6) Efek samping obat
TB pada anak.
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
No
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluh
|
Kegiatan Peserta
|
1.
|
3 menit
|
1. Memperkenalkan
diri & pembimbing
2. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
3. Melakukan kontrak
wak-tu
4. Menyebutkan materi
yang akan diberikan
|
-
Mendengarkan.
-
Mendengarkan.
-
Memperhatikan.
-
Memperhatikan.
|
2.
|
15 menit
|
Pelaksanaan:
-
Menjelaskan
tentang tujuan pengobatan TB secara umum.
-
Menjelaskan
tentang prinsip pengobatan TB pada anak.
-
Menjelaskan
tentang alternatif pengobatan TB pada anak.
-
Menjelaskan
tentang obat anti tuberkulosis (OAT) .
-
Menjelaskan
tentang lama pemberian obat TB pada anak.
-
Menjelaskan
tentang efek samping obat TB pada anak.
|
-
Mendengarkan
& memperhatikan.
-
Bertanya
& menjawab pertanyaan yang diajukan.
|
3.
|
5 menit
|
Evaluasi:
- Menanyakan kepada
ibu/ keluarga tentang materi yang telah diberikan & reinforcement kepada
ibu/ keluarga bila dapat menjawab/menjelaskan kembali.
|
- Menjawab pertanyaan
|
4.
|
2 menit
|
Terminasi:
-
Mengucapkan
terima ka-sih kepada ibu & keluarga.
-
Bersalaman
dengan ibu & keluarga.
|
- Mendengarkan & bersalaman
|
IX. PENGORGANISASIAN
PENGOBATAN TB PADA ANAK
A.
Tujuan Pengobatan TB
Adalah
selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi
terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.
B.
Prinsip Pengobatan TB
1.
Permulaan intensif.
Kemungkinan
komplikasi TB pada anak sangat luas, maka lebih baik terlalu cepat mengobati
daripada terlambat mengobati. Setelah
diperiksa dengan teliti dan selengkap mungkin serta dicurigai kemungkinan besar
TB, maka langsung diobati. Bila 2 bulan
terlihat perbaikan nyata maka diagnosis TB lebih pasti pengobatan di teruskan. Tapi apabila dalam 2 bulan tidak ada
perbaikan nyata, mungkin bukan TB atau ada resistensi terhadap obat. Perlu diperiksa lebih lanjut dan lebih
teliti.
2.
Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.
§
Obat Anti Tuberculosis (OAT):
1) Isoniazid (INH)
2) Rifampisin
3) Pirazinamid
4) Streptomisin
5) Etambutol
6) Lain-lain:
Ethionamid, Kanamycin, Cycloserine, Ciplofloxacin.
§
Obat-obat paling efektif:
-
Kavitas,
extra sel: INH, Rifampicin,
Streptomycin.
-
Massa
keju: Rifampicin, INH.
-
Dalam
makrofag (intra sel): PZA, Rifampicin, INH.
§
Diberikan: 1
bulan; 2 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 1 tahun.
3.
Teratur dan lama.
Diberikan
dalam waktu yang lama dan harus diminum secara teratur, jangan sampai putus (
patuh minum obat). Perlu diawasi oleh
petugas kesehatan, orang yang disegani atau guru sekolah.
4.
Pemberian gizi yang baik.
Umumnya klien dengna TB berat badannya
turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi, nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh,
jadi klien perlu penanganan gizi secara baik dan benar untuk menunjang program
pengobatan.
5.
Pengobatan dan pencegahan penyakit lain.
Selain pengobatan TB, pada paru juga
diperlukan pengobatan dan pencegahan terhadap komplikasi TB diluar paru, sesuai
gejala yang muncul seperti:
-
TB
pada kulit/skrofuloderm.
-
TB
tulang dan sendi.
-
TB
otak dan saraf.
-
TB
pada mata.
-
TB
pada organ-organ lain
C.
Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak
1.
Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen): kombinasi obat
murah, memakan waktu 18 – 24 bulan.
2.
Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi
obat mahal, waktu 6 – 9 bulan.
D.
Obat Anti Tuberculosis Pada Anak
1. Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum
1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
2. Rifampisin/Rmp
(suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum makan. Maksimal 600 mg/hari.
3. Pirazinamid/PZA
(tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
4. Streptomisin
(Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
5. Etambutol
(tablet/puyer): diminum 1x/hari.
Maksimal 2,5 gram/hari saat perut kosong/sebelum makan.
6. Lain-lain:
Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi
satu suspensi karena mengganggu daya kerja/khasiat Rifampisin.
E.
Lama Pemberian Obat Pada Anak
Macam Obat
|
Frekuensi Pemberian
|
Lama
|
INH
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
6 bulan
|
INH
Rmp
Strep
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
6 bulan
Strep 2
bulan
|
INH
Rmp
Strep
PZA
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
9 bulan
(Strep & PZA 2 bulan)
|
INH
Rmp TB tulang
Strep belakang
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
6-9 bulan
(Strep 2 bulan)
|
INH
Rmp Meningitis TB
Strep dosis berbeda
PZA
|
Dosis
tunggal setiap hari
|
12 bulan
(Strep & PZA 2 bulan)
|
F.
Efek Samping Obat Pada Anak
INH :
À
Radang syaraf tepi
À
Racun Pada hati
À
Hepatitis
Rmp
:
À
Hepatitis
À
Mual
À
Muntah
À
Nafsu makan menurun
À
Kencing berwana merah/orange
PZA :
À
Racun pada hati
À
Nyeri pada
persendian
Strep :
À
Racun pada syaraf
À
Keseimbangan
À
Gangguan
pendengaran
Etambutol:
À
Radang pada syaraf mata
À
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
À
Mual
À
Muntah
À
Racun di hati
PAS (P):
À
Gastritis (maag)
À
Racun di hati.
I.
Tujuan Pengobatan TB:
Adalah selain menyembuhkan juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti
tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.
II.
Prinsip Pengobatan TB Pada Anak
1.
Permulaan intensif
2. Kombinasi 3 atau
lebih obat anti TB.
3. Teratur dan lama.
4. Pemberian gizi
yang baik.
5. Pengobatan dan
pencegahan penyakit lama.
III.
Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak:
1. Pengobatan jangka panjang (Long-Term
Regimen): kombinasi obat murah, memakan waktu 18 – 24 bulan.
3. Pengobatan jangka
pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat mahal, waktu 6 – 9 bulan.
IV. Obat Anti Tuberculosis (OAT):
Isoniazid/INH (tablet atau puyer):
diminum 1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
1. Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari
saat perut kosong/sebelum makan.
Maksimal 600 mg/hari.
2.
Pirazinamid/PZA (tablet/puyer): diminum 1-2x/hari,
maksimal 2 mg/hari.
3.
Streptomisin (Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1
gr/hari.
4.
Etambutol (tablet/puyer): diminum 1x/hari. Maksimal 2,5 gram/hari saat perut
kosong/sebelum makan.
5.
Lain-lain: Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin,
Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi
satu suspensi karena mengganggu daya kerja/khasiat Rifampisin.
V. Lama Pemberian Obat
TB Pada Anak:
Macam
Obat
|
Frekuensi
Pemberian
|
Lama
|
INH
|
Dosis tunggal
setiap hari
|
6 bulan
|
INH
Rmp
Strep
|
Dosis tunggal
setiap hari
|
6 bulan
Strep 2 bulan
|
INH
Rmp
Strep
PZA
|
Dosis tunggal
setiap hari
|
9 bulan (Strep
& PZA 2 bulan)
|
INH
Rmp TB tulang
Strep belakang
|
Dosis tunggal
setiap hari
|
6-9 bulan (Strep
2 bulan)
|
INH Meningitis
Rmp TB
dosis
Strep berbeda
PZA
|
Dosis tunggal
setiap hari
|
12 bulan (Strep
& PZA 2 bulan)
|
VI.
Efek Samping Pengobatan TB Paru Pada Anak:
INH
:
À
Radang syaraf tepi
À
Racun Pada hati
À
Hepatitis
Rmp :
À
Hepatitis
À
Mual
À
Muntah
À
Nafsu makan menurun
À
Kencing berwana merah/orange
PZA
:
À
Racun pada hati
À
Nyeri pada
persendian
Strep :
À
Racun pada syaraf
À
Keseimbangan
À
Gangguan
pendengaran
Etambutol:
À
Radang pada syaraf mata
À
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
À
Mual
À
Muntah
À
Racun di hati
PAS (P):
À
Gastritis (maag)
À
Racun di hati.
¦
Catatan:
Pengobatan TBC tidak boleh
terputus-putus karena akan menyebabkan kuman TBC menjadi resisten/kuman tahan
terhadap obat yang diberikan dan resiko
kambuh kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar